Aluminium memegang peranan penting sebagai material yang diperlukan dalam berbagai komponen pesawat terbang. Jenis alumunium seri 2000 yang biasanya digunakan untuk
komponen pesawat terbang adalah paduan alumunium seri 2014. Unsur - unsur pemadu pada paduan aluminium seri 2014 seperti Cu, Mn, dan Si akan meningkatkan potensial solid solution sehingga terjadi perbedaan potensial yang cukup tinggi antara unsur pemadu dan matriksnya (Al) yang menyebabkan penurunan ketahanan korosi. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap korosi maka paduan alumunium seri 2014 dilapisi dengan alumunium murni
yang dikenal sebagai clad. Namun demikian, dalam proses perlakuan panas tersebut unsur terlarut dalam larutan padat (solid solution) seperti Cu akan bergerak ke arah alumunium clad yang tidak mengandung unsur terlarut sedangkan Al akan bergerak ke arah paduan aluminium 2014, yang biasa dikenal sebagai proses interdifusi. Cu yang berdifusi ke arah lapisan clad akan mengubah mikrostruktur antar muka clad dan paduan aluminium 2014
sehingga lapisan clad akan semakin menipis dan akhirnya tidak bisa lagi memproteksi paduan
aluminium 2014 dari korosi. Adapun tujuan penelitian ini adalah merekomendasikan limitasi
reheat treatment yang sebenarnya dapat dilakukan, menentukan seberapa besar lapisan clad
yang direduksi untuk setiap reheat treatment, menentukan kekerasan setelah reheat treatment
akibat difusi unsur terlarut, dan memprediksi berapa kali perlakuan panas yang menyebabkan
clad akan habis. Uji metalografi menghasilkan foto-foto struktur mikro beserta ketebalan
lapisan cladnya dari paduan 2014 pada berbagai perlakuan. Uji EDX dilakukan untuk
mendapatkan persen massa dan persen atom dari tiap spesi yang terkandung di dalam paduan.
Uji kekerasan dilakukan untuk menentukan pengaruh persen massa Cu terhadap kekerasan
paduan aluminium 2014 clad setelah dilakukan penuaan. Rata – rata koefisien difusi Cu di
dalam Al sebesar 1,207 x 10-13 m2/s. Sedangkan koefisien difusi Mg di dalam Al sebesar
2,472 x 10-13 m2/s. Dan koefisien difusi Al di dalam Al sebesar 2,492 x 10-13 m2/s. Waktu
penuaan selama 18 jam pada suhu 160 oC belum cukup untuk membuat spesi berdifusi ke
arah clad. Laju penipisan clad sebesar 2,516 μm/jam perlakuan panas. Ketebalan clad tidak
lagi memenuhi spesifikasi pada saat perlakuan panas pada 500 oC selama 11 jam. Sedangkan
lapisan clad akan habis pada saat perlakuan panas pada 500 oC selama 27 jam. Penipisan
ketebalan clad menyebabkan jarak difusi spesi semakin pendek. Sehingga kenaikan persen
massa lebih cepat bila terjadi penipisan clad dibandingkan dengan kenaikan persen massa bila
tidak terjadi penipisan clad. Pada proses penuaan buatan dapat dilihat nilai kekerasan
permukaan meningkat tajam setelah dilakuan aging ke 4 sebesar ± 38,55 HVN. Peningkatan
tersebut terus terjadi ketika aging ke 5 sebesar ± 43,20 HVN karena ketebalan clad pada saat
aging ke 5 merupakan ketebalan yang paling kecil yaitu sebesar 47,35 μm. Semakin tinggi
kadar Cu di dalam paduan maka kekerasannya akan meningkat. Persen massa Cu sebanyak 4
% memberikan harga kekerasan senilai 170 HVN. Sedangkan persen massa Cu sebanyak 0 %
memberikan harga kekerasan senilai 30 HVN.