Banjir bandang merupakan bencana banjir dalam waktu singkat yang mengalir dan
menghanyutkan banyak material. Banjir bandang ini dianggap berbahaya karena
kecepatan alirannya yang sulit untuk diprediksi. Kota Bima merupakan wilayah
yang mengalami bencana banjir sebanyak 10 kali sejak tahun 2006, 4 kejadian
diantaranya termasuk dalam jenis banjir bandang. Pada sistem inaRisk telah
disediakan produk indeks bahaya banjir bandang. Indeks ini bersifat statis karena
tidak memasukkan parameter cuaca dan tidak dapat diketahui wilayah mana yang
akan terdampak bencana banjir bandang.
Pada pembuatan indeks zona rawan banjir bandang (IBB), Analytical Hierarchy
Process (AHP) digunakan untuk menghasilkan bobot parameter banjir bandang
yang dimasukkan dalam persamaan IBB. Hasil IBB kemudian dianalisis dengan
metode sensitivity analysis menghasilkan indeks zona rawan banjir bandang yang
telah dikoreksi analisis sensitivitas (IBBS). Dua kondisi digunakan dalam
perhitungan IBB yaitu kondisi curah hujan diolah dan tidak diolah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa curah hujan diolah memiliki pengaruh yang
lebih besar terhadap IBB. Namun, dari hasil sensitivity analysis menyebutkan
bahwa hasil pembobotan dari AHP masih underestimate sehingga bobot yang
digunakan adalah bobot hasil AHP yang telah dianalisis oleh sensitivity analysis.
IBBS menunjukkan hasil yang lebih baik karena sebanyak 13 dari 16 titik banjir
bandang (81,25%) berada pada kelas indeks rawan banjir bandang tinggi.
Perpustakaan Digital ITB