digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Banjir bandang merupakan bencana banjir dalam waktu singkat yang mengalir dan menghanyutkan banyak material. Banjir bandang ini dianggap berbahaya karena kecepatan alirannya yang sulit untuk diprediksi. Kota Bima merupakan wilayah yang mengalami bencana banjir sebanyak 10 kali sejak tahun 2006, 4 kejadian diantaranya termasuk dalam jenis banjir bandang. Pada sistem inaRisk telah disediakan produk indeks bahaya banjir bandang. Indeks ini bersifat statis karena tidak memasukkan parameter cuaca dan tidak dapat diketahui wilayah mana yang akan terdampak bencana banjir bandang. Pada pembuatan indeks zona rawan banjir bandang (IBB), Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menghasilkan bobot parameter banjir bandang yang dimasukkan dalam persamaan IBB. Hasil IBB kemudian dianalisis dengan metode sensitivity analysis menghasilkan indeks zona rawan banjir bandang yang telah dikoreksi analisis sensitivitas (IBBS). Dua kondisi digunakan dalam perhitungan IBB yaitu kondisi curah hujan diolah dan tidak diolah. Hasil analisis menunjukkan bahwa curah hujan diolah memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap IBB. Namun, dari hasil sensitivity analysis menyebutkan bahwa hasil pembobotan dari AHP masih underestimate sehingga bobot yang digunakan adalah bobot hasil AHP yang telah dianalisis oleh sensitivity analysis. IBBS menunjukkan hasil yang lebih baik karena sebanyak 13 dari 16 titik banjir bandang (81,25%) berada pada kelas indeks rawan banjir bandang tinggi.