digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kitosan telah berhasil diisolasi dari kulit udang melalui tahap deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi. Karakterisasi kitin dan kitosan dengan FTIR menunjukkan perbedaan perbandingan relatif intensitas puncak C=O dengan –OH. Dari serangkaian proses isolasi kitosan didapatkan nilai derajat deasetilasi kitosan sebesar 76%. Kitosan kemudian dimodifikasi melalui reaksi cross-linking dengan epiklorohidrin dan natrium alginat. Reaksi dengan epiklorohidrin melibatkan gugus fungsi –OH pada kitosan dan reaksi pembukaan cincin epoksida pada epiklorohidrin. Pada spektrum IR kitosan-epiklorohidrin terjadi penurunan intensitas puncak –OH dan karakteristik puncak broad –OH hilang. Reaksi cross-linking kitosan-epiklorohidrin dengan natrium alginat melibatkan gugus fungsi –NH2 pada kitosan dan gugus karboksilat pada alginat, sehingga puncak –OH kembali muncul dengan kuat pada spektrum IR kompleks kitosan-epiklorohidrin dengan natrium alginat. Hasil pengukuran SEM menunjukkan perbedaan keteraturan permukaan cross section dan ukuran pori-pori pada membran kitosan, kitosan-epiklorohidrin, dan membran kompleks polielektrolit kitosan-epilkorohidrin dengan natrium alginat. Kekuatan mekanik membran menunjukkan bahwa membran kompleks polielektrolit kitosan-epiklorohidrin dengan natrium alginat lebih baik dibandingkan kitosan dengan tensile strength sebesar 440,84 MPa. Konduktivitas proton menurunan dengan penambahan epiklorohidrin dan kembali naik saat penambahan natrium alginat. Nilai konduktivitas proton membran kompleks polielektrolit kitosan-epiklorohidrin dengan natrium alginat sebesar 0,318 S/cm pada keadaan terhidrasi. Nilai tersebut telah memenuhi persyaratan konduktivitas proton untuk fuel cell. Karakteristik water uptake dilakukan untuk melihat dampak swelling pada membran. Water uptake Membran kompleks polielektrolit kitosan-epiklorohidrin dengan natrium alginate sebesar 287,45% mengakibatkan membran mengalami swelling.