Kitosan telah berhasil diisolasi dari kulit udang melalui tahap deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi.
Karakterisasi kitin dan kitosan dengan FTIR menunjukkan perbedaan perbandingan relatif intensitas
puncak C=O dengan –OH. Dari serangkaian proses isolasi kitosan didapatkan nilai derajat deasetilasi
kitosan sebesar 76%. Kitosan kemudian dimodifikasi melalui reaksi cross-linking dengan epiklorohidrin
dan natrium alginat. Reaksi dengan epiklorohidrin melibatkan gugus fungsi –OH pada kitosan dan reaksi
pembukaan cincin epoksida pada epiklorohidrin. Pada spektrum IR kitosan-epiklorohidrin terjadi
penurunan intensitas puncak –OH dan karakteristik puncak broad –OH hilang. Reaksi cross-linking
kitosan-epiklorohidrin dengan natrium alginat melibatkan gugus fungsi –NH2 pada kitosan dan gugus
karboksilat pada alginat, sehingga puncak –OH kembali muncul dengan kuat pada spektrum IR kompleks
kitosan-epiklorohidrin dengan natrium alginat. Hasil pengukuran SEM menunjukkan perbedaan
keteraturan permukaan cross section dan ukuran pori-pori pada membran kitosan, kitosan-epiklorohidrin,
dan membran kompleks polielektrolit kitosan-epilkorohidrin dengan natrium alginat. Kekuatan mekanik
membran menunjukkan bahwa membran kompleks polielektrolit kitosan-epiklorohidrin dengan natrium
alginat lebih baik dibandingkan kitosan dengan tensile strength sebesar 440,84 MPa. Konduktivitas
proton menurunan dengan penambahan epiklorohidrin dan kembali naik saat penambahan natrium
alginat. Nilai konduktivitas proton membran kompleks polielektrolit kitosan-epiklorohidrin dengan
natrium alginat sebesar 0,318 S/cm pada keadaan terhidrasi. Nilai tersebut telah memenuhi persyaratan
konduktivitas proton untuk fuel cell. Karakteristik water uptake dilakukan untuk melihat dampak swelling
pada membran. Water uptake Membran kompleks polielektrolit kitosan-epiklorohidrin dengan natrium
alginate sebesar 287,45% mengakibatkan membran mengalami swelling.