digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2017 TS PP NURULLAH AKMAL 1-ABSTRAK.pdf
PUBLIC Diah Ayu Merdekawati

Subcekungan Jambi merupakan bagian dari cekungan sedimentasi Tersier Sumatra Selatan yang memiliki beberapa formasi batuan induk seperti Formasi Lahat dan Formasi Talangakar. Oleh karena itu analisis geokimia di cekungan ini sangat menarik untuk digunakan meneliti karakteristik batuan induk dari masing-masing formasi. Evaluasi batuan induk pada studi ini berasal dari sumur M-1, M-2, R-1, R-2, B-2, B-3, dan B-4. Karakteristik batuan induk ditentukan dari beberapa analisis seperti analisis kandungan material organik dan pirolisis Rock-Eval. Formasi Muaraenim memiliki nilai TOC baik sampai istimewa (1,11-4,10%). Formasi Airbenakat memiliki nilai TOC buruk sampai baik (0,15-1,73%), tersusun oleh kerogen tipe III, dan menunjukkan kematangan yang belum matang (0,46% Ro) Formasi Gumai memiliki nilai TOC cukup sampai baik (0,5-1,12%), tersusun oleh kerogen Tipe II- III, dan menunjukkan kematangan yang belum matang sampai awal matang (0,39- 0,67% Ro). Formasi Talangakar memiliki nilai TOC cukup sampai istimewa (0,5- 4,1%), tersusun oleh kerogen Tipe II-III, dan menunjukkan kematangan pada awal matang sampai akhir matang (0,56-1,16% Ro). Hasil evaluasi batuan induk berdasarkan analisis kandungan material organik dan pirolisis Rock-Eval menunjukkan batuan induk yang berpotensi pada area penelitian ini adalah Formasi Gumai dan Formasi Talangakar, kemudian dilakukan analisis kromatografi gas (GC) dan kromatografi gas-spektrometri massa (GCMS). untuk mengetahui karakteristik asal material organik dan lingkungan pengendapan dari sampel ekstrak batuan Formasi Talangakar dan Formasi Gumai. Ekstrak batuan Formasi Talangakar memiliki asal material organik yang didominasi tumbuhan tingkat tinggi, sedangkan Formasi Gumai memiliki asal material organik yang didominasi komponen alga laut. Formasi Talangakar cenderung diendapkan pada lingkungan yang lebih ke arah darat bila dibandingkan dengan Formasi Gumai.Analisis kromatografi gas dan kromatografi gas-spektometri menunjukkan bahwa sampel minyak pada sumur B-2 kedalaman 1.061 m dan sampel ekstrak batuan Formasi Gumai berasal dari sumber yang sama karena keduanya mempunyai lingkungan pengendapan yang berasal dari komponen alga laut. Analisis biomarker menunjukkan bahwa sampel minyak pada sumur B-2 1.489 m dan sampel ekstrak batuan Formasi Talangakar berasal dari sumber yang sama karena keduanya mempunyai lingkungan pengendapan yang berasal dari komponen tumbuhan tingkat tinggi. Pemodelan cekungan 1 dimensi dilakukan pada sumur B-2, B-3, B-4, M-2, dan R- 1 dengan parameter yang digunakan adalah TOC, reflektansi vitrinit, tebal erosi dari hasil kurva kompaksi dan litologi dari masing-masing lapisan batuan. Berdasarkan hasil pemodelan cekungan 1 dimensi pada sumur B-3, B-4, M-2, dan R-1 didapatkan bahwa Formasi Gumai saat ini berada pada awal matang dan hampir di semua sumur Formasi Talangakar menunjukkan saat ini berada pada kondisi awal matang sampai matang.