digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Produksi kopi di Indonesia sangat tinggi karena kopi merupakan minuman dengan tingkat konsumsi kedua setelah air putih. Produksi yang tinggi menghasilkan limbah yang tinggi pula. Pemanfaatan limbah kulit kopi masih minim perlu dilakukan pengolahan untuk menambah nilai gunanya. Salah satu pengolahan limbah agar menambah nilai guna dengan mengkonversinya menggunakan agen biologis (biokonversi). Penelitian memiliki tujuan mengamati pengaruh jumlah pakan terhadap proses laju biokonversi limbah kulit kopi oleh larva BSF dengan Efficiency of Conversion of Digested-feed (ECD), Approximate Digestibility (AD), laju pertumbuhan larva, dan Waste Reduction index (WRI). Bahan utama yang digunakan yaitu limbah kulit kopi sebagai substrat media serta dengan pra-perlakuan menggunakan dedak dan buah papaya sebagai pakan awal selama enam hari. Perlakuan yang diberikan yaitu variasi jumlah pakan 12,5; 25; 50; 100 dan 200 mg/larva/hari. Perbandingan komposisi pakan yakni air : kulit kopi adalah 60 : 40. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 200 larva tiap perlakuan dan ulangannya. Pengambilan data berat kering serta basah larva dan sisa pakan dilakukan setiap 3-4 hari dan dihentikan jika larva menjadi prepupa mencapai 50% dari sampel larva. Berat kering didapatkan dengan mengeringkan sampel basah menggunakan oven dengan temperatur 1050C selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan variasi jumlah pakan mempengaruhi laju biokonversi limbah kulit kopi oleh larva BSF. Parameter lama pertumbuhan larva paling baik yaitu pada pemberian substrat 100 mg/larva/hari dan 200 mg/larva/hari yakni dengan lama perkembangan 28 hari, sedangkan laju pertumbuhan larva terbaik terdapat pada pemberian pakan 200 mg/larva/hari dengan laju pertumbuhan sebesar 1,23 mg/larva/hari, sedangkan pada AD tertinggi pada perlakuan 12,5 mg/larva/hari dengan AD sebesar 65,81 % dari pakan yangdiberikan, sedangkan parameter ECD paling tinggi pada perlakuan 50 mg/larva/hari dengan biomassa sebesar 11,41% dari jumlah substrat yang dapat dikonsumsi oleh larva dan WRI paling tinggi pada pemberian jumlah substrat 50 mg/larva/hari sebesar 2,24 % per hari.