Pemantauan distribusi CO2 merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam keberlanjutan CCS. Sampai saat ini pemantauan geofisika yang sering digunakan adalah metode seismik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan metode deep TEM untuk melakukan pemantauan pada CCS melalui pemodelan metode deep TEM untuk simulasi pemantauan injeksi CO2. Data TEM sebelum dan sesudah dilakukan injeksi CO2 dibandingkan untuk mengetahui pengaruh keberadaan CO2. Data TEM sebelum injeksi diperoleh dari pengukuran di lapangan pada tahun 2013. Data TEM setelah injeksi diperoleh dari hasil pemodelan ke depan dengan parameter model yang diperoleh dari hasil inversi data TEM lapangan. Pemodelan inversi dilakukan dengan menggunakan metode inversi SVD damped least square. Proses inversi SVD digunakan untuk mengidentifikasi reservoir dan memetakan distribusi CO2 pada reservoir. Hasil pemodelan inversi satu dimensi diolah menjadi model dua dimensi dengan menggunakan perangkat lunak Rockworks16. Hasil pemodelan inversi data TEM lapangan menunjukkan bahwa reservoir mempunyai resistivitas yang rendah yaitu 2 Ωm sampai 4 Ωm. Reservoir ini berada pada kedalaman 900 m sampai 1200 m di bawah permukaan. Data TEM setelah injeksi didapatkan dari pemodelan ke depan dengan penambahan resistivitas sebesar 5 Ωm pada lapisan reservoir sebagai akibat dari injeksi CO2 sebesar 240 ton setelah 40 hari injeksi. Perbandingan data TEM sebelum dan setelah injeksi menunjukkan adanya pengaruh adanya CO2 secara jelas. Pola kurva data TEM setelah injeksi menjadi lebih curam pada bagian tengah pengukuran. Hasil inversi data TEM setelah injeksi masih tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Hal tersebut dikarenakan metode inversi SVD damped least square mempunyai solusi yang tidak unik. Pendekatan lokal yang digunakan metode tersebut juga membuat solusi inversi yang diperoleh tidak sesuai dengan model sintetik yang sebenarnya meskipun hasil perhitungan yang diperoleh cukup kecil yaitu kurang dari 5%.