digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penentuan pengembangan kapasitas pembangkitan listrik pada suatu proyek panas bumi merupakan salah satu ketidakpastian yang dihadapi pengembang. Hingga saat ini tidak ada prosedur untuk menentukan besarnya kapasitas yang akan dikembangkan dalam suatu proyek panas bumi, sehingga seringkali ada perbedaan antara besar pengembangan kapasitas dengan potensi panas bumi di suatu lapangan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan opsi yang paling layak dikembangkan dengan variasi beberapa pilihan dengan kapasitas, jumlah fasa pengembangan dan periode produksi yang berbeda. Pemodelan teknikal dalam riset ini dilakukan untuk menghitung kapasitas maksimal dan penurunan produksi uap, serta kebutuhan pengeboran sumur makeup untuk mempertahankan kapasitas pembangkitan. Pemodelan financial juga dilakukan dengan menghitung biaya dan indikator finansial berupa IRR (Internal Rate of Return) dan NPV (Net Profit Value). Analisis sensitivitas juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari harga listrik, besarnya biaya investasi total dan bunga terhadap indikator-indikator finansialnya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada harga listrik USD 8 cent/kWh (Rp 1.040 untuk USD/IDR Rp 13.000) tidak ada opsi pengembangan yang layak. Simulasi lebih lanjut menunjukkan bahwa IRR minimal 12% dibutuhkan harga listrik minimal USD 8.79 – 19.63 sen/kWh (Rp 1.142 – 2.551). Simulasi dengan variasi biaya investasi menunjukkan bahwa opsi dengan unit berkapasitas lebih besar (110 MW) akan layak dengan total biaya investasi hanya 70 – 90%. Mengurangi tingkat bunga hingga hanya 5 – 6% (sebelumnya 7%) juga dapat memberikan lebih banyak opsi yang layak dikembangkan. Karenanya, pemerintah perlu lebih terlibat dalam mengurangi total biaya investasi dan tingkat bunga pada proyek panas bumi dengan mengaktifkan pembiayaan pemerintah (misal Geothermal Fund) dan memberikan insentif finansial dalam bentuk subsidi atau pengurangan besar bunga.