Penentuan pengembangan kapasitas pembangkitan listrik pada suatu proyek panas
bumi merupakan salah satu ketidakpastian yang dihadapi pengembang. Hingga
saat ini tidak ada prosedur untuk menentukan besarnya kapasitas yang akan
dikembangkan dalam suatu proyek panas bumi, sehingga seringkali ada perbedaan
antara besar pengembangan kapasitas dengan potensi panas bumi di suatu
lapangan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan opsi yang paling layak
dikembangkan dengan variasi beberapa pilihan dengan kapasitas, jumlah fasa
pengembangan dan periode produksi yang berbeda.
Pemodelan teknikal dalam riset ini dilakukan untuk menghitung kapasitas
maksimal dan penurunan produksi uap, serta kebutuhan pengeboran sumur makeup
untuk mempertahankan kapasitas pembangkitan. Pemodelan financial juga
dilakukan dengan menghitung biaya dan indikator finansial berupa IRR (Internal
Rate of Return) dan NPV (Net Profit Value). Analisis sensitivitas juga dilakukan
untuk mengetahui pengaruh dari harga listrik, besarnya biaya investasi total dan
bunga terhadap indikator-indikator finansialnya.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada harga listrik USD 8 cent/kWh (Rp
1.040 untuk USD/IDR Rp 13.000) tidak ada opsi pengembangan yang layak.
Simulasi lebih lanjut menunjukkan bahwa IRR minimal 12% dibutuhkan harga
listrik minimal USD 8.79 – 19.63 sen/kWh (Rp 1.142 – 2.551). Simulasi dengan
variasi biaya investasi menunjukkan bahwa opsi dengan unit berkapasitas lebih
besar (110 MW) akan layak dengan total biaya investasi hanya 70 – 90%.
Mengurangi tingkat bunga hingga hanya 5 – 6% (sebelumnya 7%) juga dapat
memberikan lebih banyak opsi yang layak dikembangkan.
Karenanya, pemerintah perlu lebih terlibat dalam mengurangi total biaya investasi
dan tingkat bunga pada proyek panas bumi dengan mengaktifkan pembiayaan
pemerintah (misal Geothermal Fund) dan memberikan insentif finansial dalam
bentuk subsidi atau pengurangan besar bunga.