digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Korosi merupakan peristiwa alami akibat terjadinya reaksi kimia antara logam (besi, alloys, dll) dengan agen korosi seperti gas CO2 dan gas H2S. Hal ini terjadi karena segala reaksi di alam memiliki tendensi untuk mencapai kondisi paling stabil yaitu kondisi energi terendah yang mungkin dicapai. Dalam industri perminyakan, korosi menjadi masalah terbesar yang terjadi dalam produksi minyak dan gas serta fasilitas transportasi. Korosi dapat menyebabkan adanya kebocoran pada pipa dan hilangnya fluida produksi yang dapat menyebabkan kerugian yang besar apabila desain pipa tidak akurat. Salah satu korosi yang paling umum terjadi adalah korosi yang diakibatkan oleh gas CO2. Korosi ini terjadi karena proses elektrokimia yang terjadi akibat adanya reaksi antara CO2 dan air. Model de Waard (1995) merupakan salah satu model yang umum digunakan untuk memprediksi laju korosi akibat adanya gas CO2. Pada Lapangan X terjadi kegagalan desain pipa transportasi akibat korosi yang menyebabkan kebocoran pipa. Dari hasil inspeksi kebocoran didapatkan hubungan antara laju alir gas dan laju korosi yang terjadi di lapangan. Hasil simulasi menggunakan simulator komersial memberikan prediksi over-prediction dibandingkan dengan data lapangan. Sehingga perlu dilakukan koreksi parameter pada simulator untuk proses matching antara data lapangan dengan simulasi agar dapat dilakukan prediksi yang valid. Studi ini memberikan hasil bahwa bahwa penambahan Monoethylene Glycol (MEG) dan perubahan nilai heat transfer pada pipa yang digunakan menjadi dua faktor utama dalam proses matching pada Lapangan X. Kenaikan MEG menyebabkan turunnya grafik antara laju alir gas dengan laju korosi akibat proses penyerapan air oleh MEG. Sedangkan perubahan nilai heat transfer menyebabkan perubahan gradien kemiringan grafik tersebut. Hal ini terjadi karena penurunan heat transfer akan menyebabkan temperatur fluida lebih besar sehingga laju korosi akan semakin kecil karena pembentukan protective scale yang lebih cepat. Setelah dilakukan matching, simulasi menunjukkan diameter pipa yang paling aman dan ekonomis yang digunakan sebesar 4 inches. Nilai ini sama dengan kenyataan pada Lapangan X di mana perubahan diameter pipa menjadi 4 inches menyebabkan masalah akibat korosi dapat diatasi.