Pembangunan kawasan wisata dengan berbagai macam aktivitas wisata yang terdapat didalammnya menyebabkan bertambahnya jumlah timbulan sampah di kawasan wisata yang dibangun. Kinerja sistem pengelolaan sampah yang belum optimal, ditandai dengan banyaknya sampah yang tidak terkelola dengan baik pada kawasan wisata. Tujuan dari penelitian ini untuk melakukan evaluasi terhadap sistem pengelolaan sampah pada kawasan wisata, mengkaji jumlah timbulan dan komposisi sampah di kawasan wisata eksisting. Metode penelitian yang dilakukan dengan tahapan observasi lapangan, wawancara kemudian dilakukan analisa dengan menggunakan metode benchmarking. Observasi lapangan dilakukan pengukuran timbulan dan komposisi sampah berdasarkan ketentuan SNI 19-3967-1994 dan dengan metode indeks kekotoran. Analisa sistem pengelolaan sampah menggunakan metode benchmarking. Jumlah timbulan sampah pada area wisata Pantai Pangandaran sebesar 11,37 liter/orang/hari, Pantai Legok Pari sebesar 6,53 liter/orang/hari, Taman Impian Jaya Ancol sebesar 2,2 liter/orang/hari, Pantai Kuta sebesar 9,9 liter/orang/hari, Pulau Untung Jawa sebesar 8,12 liter/orang/hari, Pulau Gili Trawangan sebesar 7,12 liter/orang/hari, Situ Ciburuy sebesar 6,66 liter/orang/hari, Waduk Jatiluhur sebesar 6,3 liter/orang/hari, Situ Patenggang sebesar 1,72 liter/orang/hari dan area wisata Samosir sebesar 2,72 liter/orang/hari. Komposisi sampah yang mendominasi pada area wisata yang berupa pantai yaitu sampah organik sebesar 53%-75%. Dari analisa terhadap kinerja pengelolaan sampah diketahui bahwa pada umumnya kendala pengelolaan sampah di area wisata pantai dan danau sebagian besar disebabkan oleh aspek pembiayaan dan aspek kelembagaan. Usulan pengelolaan sampah di area dapat dilakukan secara komprehensif dengan cara meningkatkan peran serta masyarakat, memberikan penyuluhan tentang persampahan, pembenahan teknis operasional pengelolaan persampahan, serta penataan kelembagaan dan ketentuan hukum pengelolaan persampahan pada area wisata.