Surfactant flooding merupakan salah satu metode dalam enhanced oil recovery (EOR). Pada penelitian ini digunakan surfaktan berbahan baku ampas tebu, yaitu surfaktan natrium lignosulfonat atau SLS, sebagai surfaktan alternatif untuk aplikasi EOR. Surfaktan yang digunakan pada proses EOR perlu dianalisis kemampuannya dalam meningkatkan perolehan minyak, seperti uji adsorpsi dan wettability. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh variasi salinitas dan konsentrasi surfaktan pada uji adsorpsi dan wettability, serta mendapatkan total recovery factor surfactant flooding melalui simulasi.
Pada uji adsorpsi dan wettability dilakukan variasi salinitas 5000 - 80000 ppm dan variasi konsentrasi surfaktan dari 1% - 5%. Simulasi surfactant flooding dilakukan menggunakan software CMG STARS dengan matching model berdasarkan data eksperimen sebelumnya, lalu dilakukan forecasting nilai total recovery factor.
Berdasarkan hasil pengamatan, salinitas dan konsentrasi mempengaruhi nilai adsorpsi dan wettability. Nilai adsorpsi meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi. Hal ini disebabkan semakin tinggi konsentrasi surfaktan semakin banyak surfaktan yang menempel pada batuan. Pada salinitas rendah, nilai adsorpsi tinggi. Hal ini dikarenakan ion garam dapat mengurangi repulsion forces antara surfaktan dan batuan. Sebaliknya pada salinitas tinggi, nilai adsorpsi rendah dikarenakan ion garam berinteraksi dengan air (salt out) sehingga repulsion forces antara surfaktan dan batuan meningkat. Nilai adsorpsi terendah sebesar 459.30 mg/mL pada konsentrasi surfaktan 1.5% dan salinitas 5000 ppm.. Pada uji wettability, peningkatan konsentrasi surfaktan menurunkan sudut kontak antara air dan batuan. Hal ini disebabkan surfaktan dalam larutan dapat meningkatkan gaya adhesi air. Pada kondisi salinitas rendah sudut kontak kecil, hal ini disebabkan ion garam dapat mengurangi repulsion forces antara surfaktan dan batuan, sehingga gaya adhesi air masih lebih besar dari gaya kohesinya, sedangkan pada salinitas tinggi ion garam berinteraksi dengan air sehingga gaya kohesi air lebih besar daripada gaya adhesinya. Hal ini menyebabkan pada kondisi salinitas tinggi sudut kontak besar. Nilai sudut kontak terkecil sebesar 18.430 pada konsentrasi surfaktan 5% dan salinitas 10000 ppm. Simulasi surfactant flooding menghasilkan total recovery factor tertinggi sebesar 34.32% pada salinitas 10000 ppm dan konsentrasi surfaktan 3%, sedangkan pada salinitas 20000 ppm total recovery factor tertinggi sebesar 28.67% pada konsentrasi surfaktan 4%.