Wilayah Jakarta-Bogor, yang cenderung didominasi oleh pengaruh sirkulasi angin laut di musim kering akibat pengaruh aliran sinoptik yang lemah,memiliki masalah pencemaran udara yang serius akibat transportasi, terutama dari Karbon Monoksida (CO), sebagai polutan terbesar dari emisi kendaraan bermotor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi aliran sea breezeyang dapat menyebabkan polutan di wilayah Jakarta dengan tingkat emisi yang padat dapat tersebar hingga kota Bogor dan menyebabkan konsentrasi tinggi di wilayah tersebut. Penentuan waktu penelitian dilakukan dengan melakukan seleksi sepanjang musim kering 2012, yaitu bulan Juli-Oktober 2012. Seleksi hari sea breeze menggunakan metode filtering sea breeze day dan metode seleksi angin meridional dengan kondisi aliran sinoptik berbeda-beda yang dapat mempengaruhi aliransea breeze.Hasil seleksi didapatkantiga tanggal kajian berdasarkan perbedaan aliran sinoptik yang mengarah onshore atau offshorepermukaan, yaitu tanggal 3 Juli 2012, 20 Agustus 2012, dan 11 September 2012. Simulasi sirkulasisea breezemenggunakan model cuaca numerik skala meso MM5 dengan data input berasal dari data reanalysis National Center for Environmental Prediction-Final Analysis (NCEP-FNL) beresolusi 1° (~111 km) yang diambil pada tanggal-tanggal dari hasil seleksi. Simulasi penyebaran polutan dilakukan dengan model kualitas udara TAQM yang menggunakan data meteorologi hasil dari model MM5 dan data laju emisi yang dihitung berdasarkan jumlah kendaraan pada jalan utama di wilayah Jakarta-Bogor.
Hasil simulasi sea breezedenganMM5 menunjukkan pada kasus kedua tanggal 20 Agustus 2012 ketika terjadi angin yang mengarahonshore lemah dapat menghasilkan aliran sea breezeyang paling kuat dibandingkan kedua tanggal lainnya. Hasil simulasi penyebaran polutan dengan menggunakan TAQMjugamenunjukkan ketika aliran sea breezeyang kuat pada kasus kedua, polutan di wilayah Jakarta-Bogor dapat tersebar hingga ke jarak ±50 km ke arah selatan dari utara pantai wilayah Jakarta atau di sekitar Kota Bogor dan menyebabkan konsentrasi CO yang tinggi di wilayah tersebut hingga mencapai 5 ppm pada malam hari. Sebaliknya, ketika aliran sea breeze yang lemah pada tanggal 3 Juli 2012 dan 11 September 2012 maka polutan dengan konsentrasi maksimum hanya terpusat di wilayah Jakarta.