Permasalahan lingkungan hidup seperti erosi dan lahan kritis di sub DAS Cimanuk hulu Kabupaten Garut relatif tinggi. Perubahan lahan hutan menjadi lahan budidaya berupa lahan pertanian dan pemukiman berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan di sub DAS tersebut, termasuk wilayah sempadan sungainya. Distribusi erosi dan lahan kritis di wilayah tersebut perlu dipetakan sebagai pertimbangan untuk tindakan rehabilitasi. Tujuan penelitian ini adalah menentukan tingkat bahaya erosi dan kekritisan lahan di sub DAS Cimanuk hulu. Metode penentuan laju erosi ditentukan dengan metode universal soil loss equation (USLE) dengan bantuan teknologi sistem informasi geografis. Tingkat bahaya erosi ditentukan dengan menumpangsusunkan peta tingkat bahaya erosi dengan peta kedalaman solum tanah. Kekritisan lahan ditentukan secara spasial dengan menumpangsusunkan peta tingkat bahaya erosi dengan peta kelerengan, tutupan lahan, dan manajemen kawasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total laju erosi di sub DAS Cimanuk hulu pada tahun 2015 sebesar 3.338.790 ton dengan rata-rata erosi sebesar 46,7 ton/ha. Secara umum tingkat bahaya erosi di sub DAS Cimanuk hulu bernilai sedang dengan luasan sebesar 20.723,95 hektar. Kekritisan lahan di sub DAS Cimanuk hulu terbagi menjadi empat kelas yaitu potensial kritis seluas 2.773,49 hektar, agak kritis seluas 47.366,46 hektar, kritis seluas 20.905,94 hektar, dan sangat kritis seluas 227,29 hektar. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sub DAS Cimanuk hulu membutuhkan rehabilitasi lahan secara intensif agar dapat menurunkan tingkat kekritisan lahan. Sempadan Sungai Cimanuk juga membutuhkan rehabilitasi ekosistem riparian agar tebing sungai dapat semakin stabil dan menurunkan jumlah erosi. Upaya rehabilitasi sempadan sungai secara intensif perlu diprioritaskan di beberapa kecamatan, yaitu: Kecamatan Banjarwangi, Cikajang, Cilawu, Bayongbong, dan Cisurupan.