digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Saat ini, pabrik Mill mengolah 200.000 – 250.000 ton konsentrat per hari, yang menjadikan sistem/fasilitas pengolahan konsentrat ini sebagai salah satu yang terbesar di dunia dilihat dari kapasitas tonase yang diolah. Infrastruktur pabrik ini juga menjadi salah satu aset inti utama yang vital dari rangkaian proses operasional tambang di area PTFI yang mana hampir rata-rata 80 juta ton ore diproses setiap tahunnya. Sebagai konsekuensi dari kombinasi umur fasilitas itu sendiri dan kondisi lingkungan kerja (lembab, basah, oksidasi yang tinggi) mengakibatkan infrastruktur Pabrik Pengolahan Konsentrat PTFI saat ini telah mengalami masalah korosi yang sangat parah dan luas selama bertahun-tahun. Bahkan lebih lanjut, isu-isu korosi tersebut juga telah dimasukkan menjadi salah satu Resiko Kritis Keselamatan Kerja di Divisi Mill Concentrating PTFI selama 4 tahun terakhir (2014 – 2017). Pengalaman terburuk yang paling terakhir dialami oleh PTFI terkait dengan dampak isu korosi terjadi tahun ini (Agustus, 2016), ketika seorang pekerja listrik Mill melakukan pekerjaan pemeliharaan pada kabel listrik yang berada di jalur rak kabel menggantung. Karyawan tersebut terjatuh dari ketinggian sekitar 9 meter ke lantai beton di bawah area kerjanya setelah jalur kabel (yang terindikasi korosi) runtuh akibat beban yang terlalu berat dan mengakibatkan korban meninggal dunia. Kematian akibat kecelakaan kerja adalah suatu hal/kejadian yang tidak bisa ditolerir sama sekali, itu adalah suatu hal yang tidak ternilai harganya dan menjadi kerugian yang paling besar untuk Perusahaan dilihat dari semua sudut pandang, terlebih kaitannya dengan kepatuhan terhadap Standar K3 PTFI. Pelaksanaan urutan rencana dan sistem manajemen kinerja untuk mengukur kemajuan pekerjaan pengendalian korosi tersebut, pada akhirnya menjadi dua faktor yang paling kritikal dan penting untuk dikelola, kaitannya dengan upaya melawan kecepatan proses korosi itu sendiri di area Pabrik Pengolahan Konsentrat yang sedemikian luas. Penelitian ini secara signifikan diperlukan untuk mengukur kinerja pekerjaan pengendalian korosi yang telah dan sedang dilakukan hingga saat ini menggunakan Sistem Manajemen Kinerja (SMK) yang Terintegrasi, sebagai model SMK gabungan baru yang bertujuan untuk meningkatkan model penelitian sebelumnya dengan mengimplementasikan Sistem Metodologi Keahlian yang Berdasarkan Pengetahuan. Pendekatan ini dapat membantu dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan keputusan penting yang perlu segera dilakukan untuk mengatasi kekurangan SMK yang ada, sehingga tantangan utama dari pengelolaan kinerja aset Perusahaan yang terkait dengan Strategi Perusahaan (kinerja K3 yang unggul, biaya yang efisien, karyawan dan organisasi yang efektif, target produksi yang tercapai dan lingkungan kerja yang tepat) dapat dicapai secara optimal.