digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Simulasi menunjukkan dark matter dapat mempengaruhi interior dan evolusi bintang deret utama, khususnya bintang-bintang bermassa kecil. Dengan asumsi bintang tidak lahir dari nebula yang mengandung dark matter, bintang perlu mengakresi dark matter dari lingkungan. Untuk itu perlu kajian detail mengenai mekanisme akresi dark matter oleh bintang. Studi akresi dark matter oleh objek sferis telah dilakukan sejak era 1980-an. Dark matter diasumsikan mengikuti distribusi kecepatan Maxwellian halo isotermal. Dark matter yang datang diseleksi berdasarkan ruang fasenya. Orbit partikel diperiksa, partikel yang mungkin berinteraksi dengan bintang kemudian terperangkap dan terkumpul di dalam bintang diseleksi, lalu dicacah. Dari pencacahan tersebut, nilai fraksi jumlah dark matter yang terperangkap terhadap jumlah total dark matter yang datang ke bintang dapat ditentukan. Dalam pekerjaan ini, objek sferis yang dipilih sebagai benda pengakresi dark matter adalah bintang neutron. Bintang neutron dipilih karena banyak sisa supernova diamati di daerah dekat pusat Galaksi. Sementara itu teori evolusi bintang menyatakan bahwa supernova merupakan akhir hidup bintang bermassa besar yang bisa jadi menghasilkan lubang hitam atau bintang neutron. Pengetahuan tentang interior bintang neutron diketahui secara lebih baik daripada pengetahuan tentang interior lubang hitam. Berbagai simulasi N-benda yang dilakukan menunjukkan kerapatan dark matter yang tinggi di dekat pusat Galaksi. Bermodal hal tersebut, argumen pemilihan bintang neutron sebagai objek pengakresi dark matter menjadi relevan. Dalam tesis ini, selain tinjauan akresi oleh bintang dengan kerapatan seragam, dibahas pula efek kerapatan bintang yang berubah dengan radius terhadap fraksi akresi. Studi awal efek rotasi terhadap nilai akresi dark matter oleh bintang neutron dilakukan hingga diperoleh ruang fase akresi WIMPs.