digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dokumen Asli
PUBLIC Open In Flip Book Dessy Rondang Monaomi

Perkembangan yang pesat dari satelit-satelit Non-Geostasionary Satellite Orbit (NGSO) membawa kekhawatiran akan potensi dampak interferensi co-frequency ke satelit-satelit Geostasionary Satellite Orbit (GSO) yang sudah lebih dulu ada. Studi ini akan meneliti potensi interferensi yang disebabkan oleh konstelasi Satelit NGSO terhadap Satelit GSO dalam arah uplink maupun downlink. Studi ini mengambil kasus pada satelit Telkom-3S dan konstelasi satelit Starlink. Dengan memanfaatkan SGP4 sebagai propagator orbit, penulis mempropagasi orbit satelit menggunakan data orbit Two-Line Elements (TLE) yang tersedia dalam domain publik, dan mensimulasikan skenario interferensi dalam arah uplink maupun downlink. Dalam rentang lintang 0-15° LU, makin tinggi lintang terminal GSO maka akan menghasilkan potensi interferensi yang lebih sedikit. Penulis juga meneliti bahwa Kerapatan Fluks Daya Ekuivalen atau Equivalent Power Flux Density (EPFD) akan melebihi batas interferensi yang direkomendasikan oleh pasal 22 ITU jika tanpa sudut pemisah. Salah satu cara mitigasi untuk mencegah terjadinya interferensi konstelasi Satelit NGSO dan GSO adalah dengan mengatur sudut separasi antara satelit NGSO dan satelit GSO, dimana untuk sisi uplink sudut separasi tidak boleh kurang dari 10° dan untuk sisi downlink sudut separasi tidak boleh kurang dari 5°.