Kondisi DAS Cikapundung saat ini telah mengalami penurunan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Berbagai permasalahan turut memperparah kondisi DAS Cikapundung antara lain pembangunan dibidang industri dan perumahan yang semakin tinggi sehingga membuat fungsi tataguna lahan semakin menurun dan berakibat langsung dengan perubahan kondisi hidrogeologis.
Telah terjadi perubahan tataguna lahan pada sub DAS Cikapundung. Perubahan yang terjadi adalah penurunan luas lahan konservasi (hutan primer dan hutan pinus) sebesar 6.3 %, kenaikan lahan produksi (perkebunan, ladang, tegalan ) sebesar 2.7 %, kenaikan lahan terbangun (kawasan industri dan pemukiman) sebesar 15.8 %.
Jumlah air yang masuk dalam Sub DAS Cikapundung berasal dari Curah hujan yang meresap kedalam tanah. Akumulasi Rata – rata curah hujan yang masuk dalam kurun waktu 12 tahun berjumlah 1828.27 mm/thn. Kondisi ini masih dipengaruhi perubahan iklim el nino yang terjadi pada tahun 1997 yang membawa kemarau panjang dan la nina pada tahun 1998 yang membawa bencana banjir. Terjadi kenaikan aliran permukaan (run off) selama 12 tahun (1994 – 2006) dengan nilai rata - rata 868. 69 mm/tahun dan penurunan simpanan airtanah dengan nilai rata – rata 253.98 mm/tahun.
Berdasarkan analisa antara perubahan tataguna lahan dengan simpanan airtanah, maka diperole hasil parameter pengaruh sebagai berikut : perubahan kawasan hutan merubah simpanan airtanah sebesar 0.096 %, perubahan kawasan pemukiman merubah simpanan airtanah sebesar 0.063%, perubahan kawasan industri merubah simpanan airtanah sebesar 0.34 %, perubahan kawasan perkebunan, kebun campuran, tegalan merubah simpanan airtanah sebesar 0.13 %
Dengan melihat keterkaitan perubahan parameter lahan terhadap simpanan airtanah, maka diketahui penambahan kawasan industri sangat berpengaruh terhadap simpanan airtanah. Hal ini disebabkan karena meningkatnya luasan kawasan kedap air yang mempersulit proses meresapnya air kedalam tanah sehingga mengurangi simpanan airtanah