Pelanggan jasa telekomunikasi merupakan sumber trafik bagi peralatan atau fasilitas pelayanan telekomunikasi. Salah satu jasa layanan yang diberikan oleh PT Telkom pada pelanggannya adalah jasa informasi nomor telepon pelanggan lain yang disebut sistem informasi penerangan lokal (penlok) 108. Pada sistem ini jasa layanan dihadapkan pada permasalahan penyediaan fasilitas pelayanan bagi distribusi trafik pelanggan masuk yang terjadi. Permasalahan ini yang dikenal sebagai masalah sistem antrian.
Fasilitas pelayanan yang dimaksud dalam sistem informasi penlok ini adalah ketersediaan agent/operator dan buffer yang dapat melayani setiap pelanggan yang membutuhkan. Penyediaan jumlah agent dan buffer bergantung pada seberapa besar trafik yang terjadi sedemikian sehingga setiap pelanggan dapat terlayani dengan baik.
Untuk itu diperlukan regulasi untuk menentukan kapasitas suatu sistem antrian, dalam hal ini jumlah agent dan jumlah buffer, untuk mendapatkan suatu tingkat pelayanan yang memuaskan. Tingkat pelayanan ini ditentukan oleh indeks performansi yang terdiri dari parameter-parameter seperti jumlah panggilan gagal dan lama waktu tunggu. Pada penelitian ini dilakukan regulasi pada salah satu fasilitas pelayanan yaitu kapasitas agent yang harus dipasang untuk melayani sejumlah panggilan masuk (incoming call) yang terjadi. Metoda regulasi agent yang digunakan adalah dengan melakukan pendekatan pola sistem antrian yang terjadi selama ini, yaitu dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan. Dengan demikian penelitian ini diarahkan untuk mencari model sistem antrian, model regulasi jumlah agent dan model prediksi jumlah panggilan masuk. Dengan menggunakan model regulasi jumlah agent ini dapat diperoleh kenaikan produktivitas call sebesar 12,18 % untuk model regulasi 1 dan 18,71 % untuk model regulasi 2. Selain itu juga dihasilkan penurunan lama waktu tunggu sebesar 26,42 % untuk model regulasi 1
dan 73,43 % untuk model regulasi 2.