Cekungan Jawa Timur bagian selatan yang meliputi daratan Jawa Timur dan
Selat Madura telah diketahui banyak mengandung potensi hidrokarbon, tetapi
dalam pemboran sumur eksplorasi terdapat beberapa ketidakberhasilan
menemukan hidrokarbon yang antara lain dapat disebabkan beberapa faktor
pengontrol sistem petroleum, seperti faktor–faktor tektonik, stratigrafi dan waktu
pembentukan hidrokarbon. Diduga terdapat beberapa sub-cekungan dalam sistem
cekungan yang mengakibatkan perubahan jalur migrasi serta batuan induk tidak
semuanya bertindak sebagai kitchen area (active pod).
Dua arah struktur utama yaitu Sakala arah E - W dan Meratus arah NE – SW
merupakan hasil tektonik tumbukan antara lempeng mikro (drifted continent) dan
Sundaland yang dimulai sekitar umur Kapur Akhir - Miosen Tengah. Sedimen paling
tua yang mengisi Sakala structural trend adalah Formasi Pra-Ngimbang berumur
Eosen. Formasi Pra-Ngimbang hanya diketemukan di Sub-Cekungan Baluran dan
Situbondo sepanjang trend E – W akibat struktur pre-existing mikro kontinen.
Berdasarkan integrasi data geologi, seismik, wireline log, gravitasi dan geokimia,
di identifikasi terdapat tujuh buah sub-cekungan dengan batas kelurusan berarah NE -
SW sesuai dengan Meratus structural trend. Pembentukan hidrokarbon, ekspulsi, dan
migrasi hidrokarbon pada ketujuh sub-cekungan tersebut mempunyai karakteristik
batuan induk tersendiri dan kemungkinan terdapat batuan induk jamak (multiple
source rock).