Kemandirian merupakan isu penting dalam kehidupan kaum lansia, tak terkecuali lansia penghuni panti wredha. Progresifnya dampak penuaan terhadap tubuh di masa tua turut membawa dampak dalam berbagai aspek kehidupan lansia, diantaranya keterbatasan kapasitas fungsional dalam rangka mempertahankan kemandirian dan hidup yang berkualitas. Maka, menjadi penting bagi lansia untuk tetap mempertahankan kapasitas fungsional serta tingkat kemandirian seoptimal mungkin agar para lansia tetap dapat menjalani kehidupan yang wajar dan bahagia.
Stigma negatif panti wredha yang masih melekat di masyarakat membuat banyak panti wredha menghadapi kendala klasik, yaitu minim dana dan sumberdaya manusia. Ini tentu berpengaruh pada kualitas pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan serta tingkat kualitas hidup penghuninya. Berdasar faktor tersebut, maka penyediaan lingkungan aksesibel yang menunjang
kemandirian lansia bisa menjadi salah satu solusi yang potensial guna mempertahankan tingkat kemandirian untuk mendukung kualitas hidup lansia penghuninya.
Kamar mandi (toilet) dipilih sebagai fokus kajian karena pentingnya peran fasilitas dalam mendukung upaya mempertahankan kesehatan dan kemandirian lansia. Penelitian ditujukan untuk merumuskan kriteria kamar mandi yang aksesibel untuk lansia, khususnya untuk diterapkan di panti wredha. Sebagai studi kasus, dipilih panti wredha yang berlokasi di Bandung. Parameter penilaian yang digunakan adalah kelayakan fasilitas ditinjau dari segi spesifikasi untuk mendukung
aksesibilitas, mengacu pada parameter visibilitas dan keamanan gerak untuk lansia. Proses pengolahan dan analisis menggunakan parameter ergonomi dan desain universal untuk keamanan dan efektifitas pengguna.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kamar mandi pada kedua panti yang distudi belum memenuhi kriteria aksesibel secara optimal guna mendukung penggunanya. Terdapat kekurangan yang siginifikan dari segi visibilitas dan ergonomi sehingga menurunkan tingkat aksesibilitas ruang. Di samping itu, terdapat perbedaan tipologi ruang yang berdampak pada tingkat aksesibilitas serta efektifitas penggunaan untuk skala komunal-domestik. Kekurangan mencolok yang ditemukan pada
kedua objek studi adalah masih sangat minimnya penerapan prinsip 'desain universal' untuk meningkatkan nilai aksesibilitas ruang serta mendukung kemudahan penggunanya. Kesimpulan akhir penelitian menghasilkan rekomendasi kriteria desain interior kamar mandi
yang aksesibel bagi lansia, khususnya untuk diterapkan pada panti wredha dan fasilitas sejenisnya.