Bawang merah merupakan salah satu komoditas strategis dan ekonomis untuk pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Produksi bawang merah dalam negeri cukup memadai secara kuantitas dalam menyuplai kebutuhan konsumsi, namun karena tingkat ketersediaan yang fluktuatif khususnya pada musim tanam menyebabkan terjadinya fluktuasi harga. Oleh karena itu, kekurangan tersebut dipenuhi melalui impor. Pada kenyataannya, impor dilakukan sepanjang tahun sehingga pada musim panen mengakibatkan harga jual di tingkat petani menjadi rendah. Permasalahan ini tidak hanya terjadi pada komoditas bawang merah akan tetapi juga pada produk hortikultura pada umumnya. Untuk mengatasi fenomena maraknya impor tersebut, Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengeluarkan kebijakan impor produk hortikultura dan Kementerian Pertanian mengeluarkan surat rekomendasi impor produk hortikultura sebagai persyaratan impor. Pembatasan impor ini justru mengakibatkan kelangkaan pasokan yang berimbas meningkatnya harga. Oleh karena itu, diperlukan analisa mengenai dampak kebijakan impor tersebut dan kebijakan apa yang tepat untuk mengatasi permasalahan pada bawang merah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem dinamis mengingat karakteristik pada bawang merah bersifat dinamis menurut fungsi waktu dan ada keterkaitan antar variabel yang saling berpengaruh pada sistem.Hasil simulasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan impor bawang merah walaupun mampu meningkatkan kesejahteraan petani namun belum mampu meredam fluktuasi harga yang tinggi di tingkat konsumen. Dari 5 rancangan skenario kebijakan yang mampu memberikan kriteria performansi dalam hal ini tingkat harga dan kesejahteraan petani adalah skenario kebijakan Harga Pembelian Pemerintah dibarengi dengan kebijakan intensifikasi pertanian. Pada akhir periode simulasi skenario kebijakan tersebut harga bawang merah di tingkat konsumen sebesar Rp 18.360,37/kg dan keuntungan yang diperoleh petani sebesar Rp 9.481.360/ha.