digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada ruas jalan yang pendek, aktifitas penyeberangan mayoritas dilakukan di simpang karena dianggap lebih aman, yakni ketika kendaraan berhenti akibat lampu lalu lintas. Namun, pada ruas jalan yang cukup panjang, aktifitas penyeberangan sangat umum terjadi di sepanjang ruas jalan (mid-block) bukan di simpang. Jalan Merdeka dipilih sebagai daerah studi dimana pada jalan ini terdapat frekuensi penyeberangan yang tinggi. Untuk mengamati dan mengumpulkan parameter-parameter yang diinginkan dari perilaku penyeberang jalan ini, survey dengan video rekaman dilakukan. Sebanyak tiga kali pengambilan gambar dilakukan dalam sehari guna melihat perbedaan yang ditunjukkan terhadap perubahan arus lalu lintas kendaraan. Selain itu, untuk mendukung analisis, kuesioner dibagikan dan dikumpulkan dari 200 orang responden pada jalan ini. Perilaku penyeberang tunggal dan penyeberang berkelompok selanjutnya akan dibedakan. Parameter utama yang diperhatikan adalah nilai acceptable gap minimum bagi penyeberang jalan. Diketahui bahwa nilai gap cenderung lebih besar ketika penyeberang jalan didekati oleh kendaraan ringan. Selain itu, penyeberang berkelompok akan memerlukan gap yang lebih besar daripada penyeberang tunggal. Kecepatan menyeberang juga mempengaruhi besar gap yang dapat diterima penyeberang jalan. Umumnya semakin tinggi kecepatan menyeberang, gap minimum penyeberang jalan akan semakin kecil. Pengamatan lain dilakukan terhadap lintasan penyeberangannya. Pada jalan ini, penyeberang jalan cenderung menyeberang dengan lintasan yang tidak lurus pada lajur terpinggir jalan karena umumnya akan mengambil lintasan terpendek yang dapat dilalui untuk sampai tujuan di seberang. Terlihat juga bahwa alokasi waktu yang diberikan penyeberang jalan akan lebih banyak pada lajur terpinggir. Hal ini berkaitan dengan kecepatan kendaraan yang lebih rendah di bagian pinggir sehingga memungkinkan penyeberang jalan berdiam lebih lama pada bagian ini.