Gas serpih merupakan gas alam yang dihasilkan dari formasi serpih yang berfungsi sebagai batuan induk sekaligus sebagai batuan reservoir untuk gas alam. Dalam hal susunan kimiawi, gas serpih merupakan gas kering (dry gas) yang sebagian besar tersusun dari metana (60-95% v/v), dan beberapa formasi menghasilkan gas basah (wet gas). Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan sumber energi yang meningkat, gas serpih mulai dieksplorasi dan dieksploitasi sebagai batuan reservoir non-konvensional.
Lapangan Tanjung yang terletak pada Cekungan Barito yang berada di daerah Tanjung Raya Kalimantan Selatan sebelumnya telah diketahui memiliki batuan induk penghasil hidrokarbon, namun potensi batuan induk sebagai penghasil gas dengan sistem gas serpih play belum diketahui. Evaluasi potensi gas serpih dilakukan pada interval Formasi Tanjung. Tahap pertama yang dilakukan adalah analisis lingkungan terhadap data biostratigrafi, batuan teras inti, batuan teras samping, geokimia batuan induk dan interpretasi elektrofasies. Dari peninjauan berbagai data tersebut maka daerah penelitian diinterpretasikan berada pada lingkungan pengendapan litoral hingga sub-litoral (neritik dalam) dengan asosiasi fasies Open marine, shelf, fluvio-deltaik, Prodelta, dan distributary mouth bar.
Tahap kedua adalah analisis sumur meliputi interpretasi petrofisika dan analisis geokimia. Analisis petrofisika ditujukan untuk menghitung volume serpih, porositas total batuan, nilai TOC, dan indeks kegetasan batuan. Analisis geokimiaditujukan untuk mengetahui tingkat kekayaan dan kematangan batuan. Tahap selanjutnya adalah melakukan pemodelan dengan menyebarkan hasil analisis petrofisika ke seluruh daerah penelitian dengan metoda geostatistik terhadap data seismik. Pemodelan dilakukan dengan seismik atribut, penyebaran volume serpih, penyebaran kekayaan batuan, penyebaran tingkat kematangan dan penyebaran tingkat kegetasan batuan.
Dari pemodelan tersebut kemudian dilakukan cutoff untuk mendelineasi daerah dengan potensi sebagai batuan induk dan reservoir gas serpih yang baik. Cutoff yang digunakan antara lain TOC > 1% berat, %Ro>0,6, BI > 0,5, dan kandungan serpih > 0,35. Dari seluruh proses pengolahan data, batuan induk Formasi Tanjung memiliki potensi batuan induk yang baik dan berdasarkan pemodelan kematangan diketahui bagian bawah Formasi Tanjung telah memasuki kematangan dari Miosen Tengah (±13 Jtl), namun potensi dari segi reservoir diasumsikan kecil yang dapat diamati pada peta sweetspot.