Kawasan Stasiun KA Kiaracondong merupakan salah satu pusat transit yang cukup aktif di bagian Timur Kota Bandung. Kawasan ini memiliki permasalahan aksesibilitas dan integrasi sebagai suatu kawasan transit. Saat ini terjadi fragmentasi antara fungsi stasiun dengan fungsi transit sekitarnya akibat tidak tersedianya jalur bagi pejalan kaki yang akan beralih moda dari kereta api menuju angkutan kota atau sebaliknya. Kondisi ini mengakibatkan kawasan menjadi tidak nyaman dan aman (friendly) baik bagi pengguna transit ataupun pengguna lainnya. Permasalahan lain pada kawasan yaitu terjadinya pendudukan pada lahan milik PT. KAI karena pertumbuhan permukiman dan perdagangan yang tidak teratur di sekitar stasiun dan di pinggiran rel kereta api. Kondisi ini berpotensi menimbulkan gangguan dan membahayakan operasional perkeretaapian. Berbagai permasalahan yang terjadi pada kawasan harus segera diselesaikan terkait dengan rencana PT. KAI yang akan meningkatkan pelayanan stasiun KA Kiaracondong dari kelas ekonomi menjadi kelas bisnis dan kelas eksekutif. Selain itu akan direncanakan peningkatan infrastruktur rel kereta dari single menjadi double track di masa mendatang.
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada kawasan, maka perlu dilakukan redevelopment yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan aksesibilitas kawasan agar menjadi suatu kawasan transit yang friendly bagi semua pengguna transit. Sehingga mampu mengakomodasikan kebutuhan transit di masa yang akan datang. Oleh karena itu dipilih konsep redevelopment kawasan berbasis transit friendly. Konsep ini merupakan konsep pengembangan kawasan dengan melakukan perubahan fisik dan morfologi fungsional kawasan yang awalnya didominasi oleh satu fungsi yang memiliki kepadatan rendah dan berorientasi kendaraan pribadi menjadi kawasan mixed use yang compact dengan karakter pedestrian oriented. Tujuan utama dari penerapan konsep ini adalah memberikan berbagai pilihan bertransportasi dengan menyediakan akses yang aman dan nyaman (friendly) untuk semua pengguna transit terutama pejalan kaki.
Beberapa prinsip transit friendly yang diterapkan pada kawasan stasiun KA Kiaracondong diantaranya adalah pengembangan mixed use yang terkonsentrasi ke stasiun, peningkatan aksesibilitas bagi pejalan kaki, penataan pelayanan transit untuk berbagai pilihan moda, pengembangan bangunan vertikal untuk meningkatkan intensitas, serta penyediaan ruang terbuka sebagai waiting area dan pusat aktifitas utama kawasan dekat stasiun. Selain itu, dilakukan pengembangan kawasan yang mengacu kepada rencana pemerintah yaitu peningkatan sarana dan prasarana stasiun; pengembangan fungsi perumahan, perdagangan, perkantoran serta industri kecil; perencanaan area perumahan (rusun) dengan sistem land sharing untuk mengakomodasi kebutuhan hunian warga setempat; serta peningkatan aktivitas perdagangan dan industri lokal untuk menunjang perekonomian masyarakat secara berkelanjutan.
Metoda perancangan yang dilakukan dalam tesis ini dimulai dengan identifikasi kondisi kawasan, yaitu berupa potensi dan permasalahan transit yang mengacu kepada isu dan tujuan perancangan. Selanjutnya dilakukan kajian literatur dan studi kasus yang berhubungan dengan redevelopment pada kawasan stasiun kereta api dan prinsip-prinsip perancangan berbasis transit friendly. Kemudian dilanjutkan dengan perumusan konsep-konsep pengembangan dan prinsip-prinsip perancangan berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan kawasan serta hasil kajian literatur dan studi banding kasus. Tahapan terakhir yaitu mensimulasikan konsep dan prinsip tersebut dengan melakukan intervensi fisik ke dalam kawasan stasiun KA Kiaracondong dalam bentuk visual.
Diharapkan dengan kajian tesis ini dapat memperkaya kajian mengenai pengembangan kawasan transit, khususnya pada kawasan stasiun kereta api yang berada di kawasan permukiman. Selain itu, kajian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah maupun pengembang dalam mengembangkan kawasan stasiun kereta api, terkait dengan upaya menyediakan kawasan transit yang friendly dan dapat meningkatkan kualitas kehidupan (sosiokultural) dan ekonomi pada kawasan.