digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Manajemen rantai pasok saat ini telah menjadi salah satu perhatian utama perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya. Salah satu proses terpenting dalam manajemen rantai pasok adalah proses pengendalian persediaan. Metode pengendalian persediaan telah lama dikembangkan oleh para peneliti. Metode awal pengendalian persediaan adalah metode parsial. Pada metode ini dilakukan optimisasi untuk masing-masing entitas di dalam sistem. Namun dengan metode ini optimalitas sistem tidak dapat tercapai karena tidak adanya koordinasi satu sama lain. Untuk menutupi kekurangan tersebut kemudian dikembangkan metode terintegrasi. Metode ini dapat menjamin sistem berjalan optimal. Metode terintegrasi membutuhkan koordinasi yang baik dan sharing informasi yang tidak terbatas. Namun pada dunia nyata, sulit sekali dilakukan sharing informasi antar perusahaan karena alasan kerahasiaan. Selanjutnya berkembang metode pengendalian persediaan berbasis sistem multi agen. Dengan metode berbasis sistem multi agen ini, sistem rantai pasok dapat lebih optimal walaupun dengan keterbatasan sharing informasi. Kemampuan bernegosiasi adalah kemampuan utama yang harus dimiliki setiap agen di dalam sistem multi agen. Proses negosiasi tersebut harus dilakukan dengan sebuah mekanisme atau protokol tertentu. Penelitian ini membahas mengenai penentuan mekanisme dan protokol negosiasi sistem multi agen pada sistem rantai pasok 3 eselon yang terdiri dari satu produsen, banyak distributor, dan banyak retailer. Alur penelitian dimulai dengan studi pendahuluan, perumusan masalah dan penetapan tujuan penelitian, studi literatur dan penentuan batasan masalah dan asumsi, dilanjutkan dengan perancangan sistem inventori berbasis sistem multi agen, analisa sistem kajian, pengembangan model negosiasi dan perancangan sistem multi agen dan diakhiri dengan tahapan verifikasi, validasi dan evaluasi hasil. Selain model negosiasi, pada penelitian ini juga dikembangkan program sistem multi agen. Program ini dikembangkan untuk menjalankan proses negosiasi secara otomatis. Dari hasil uji coba, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pengendalian persediaan berbasis sistem multi agen lebih baik dibandingkan pengendalian persediaan dengan metode parsial. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji t berpasangan yang dilakukan terhadap keluaran sistem berupa ongkos dan tingkat keuntungan. Ongkos total pada sistem multi agen lebih kecil signifikan dibandingkan dengan ongkos yang dikeluarkan oleh sistem pengendalian parsial. Sementara itu tingkat keuntungan pada sistem multi agen lebih besar signifikan dibandingkan dengan ongkos yang dikeluarkan oleh sistem pengendalian parsial.