Nissan, salah satu produsen mobil yang cukup besar dalam industri otomotif di Indonesia sedang dalam pertumbuhan sebagai hasil dari Revival Plan yang dicanangkan oleh CEO Nissan Carlos Ghosn. Pertumbuhan ini kemudian diikuti dengan berhasilnya berbagai lini produk mereka di pasar seperti Grand Livina, X-Trail, dan Serena. Namun pertumbuhan tidaklah selalu berjalan dengan mulus, tidak semua lini produk Nissan menjadi bintang, seperti yang terjadi pada Nissan Teana. Sejak peluncurannya pertama kali pada tahun 2004, penjualannya menunjukkan tren yang menurun dari tahun ke tahunnya. Walaupun sudah dilakukan perubahan minor yang disertai dengan peluncuran ulang pada tahun 2006, ternyata tidak mampu mendongkrak penjualan yang terus menurun.
Tahun 2009 Teana sekali lagi ingin mencoba untuk meningkatkan kembali penjualannya, kali ini dengan disertai perubahan besar pada produk dan disertai dengan acara peluncuran kembali. Inilah yang menjadi latar belakang penelitian ini.
Penelitian dimulai dengan pencarian akan masalah dasar dari peluncuran ini, yang kemudian ditemukan fakta-fakta yang mendukung bahwa masalah dasarnya adalah value yang
ditawarkan ternyata tidak cocok dengan value yang diinginkan oleh pelanggan. Langkah selanjutnya adalah bagaimana merumuskan value yang cocok dengan pelanggan. Customer Centric Marketing Framework dipakai sebagai alat untuk mencari value yang cocok dengan pelanggan karena Customer Centric Marketing Framework menempatkan pelanggan sebagai dasar dari formulasi strateginya.
Hasil dari penelitian ini adalah saran implementasi bagaimana menempatkan Teana dalam benak konsumen, bagaimana memuaskan konsumen dengan ikatan produk, dan bagaimana memberikan pengalaman yang mengikat konsumen dengan Teana. Solusi alternatif juga menjadi masukan bagi Nissan untuk menentukan keputusan yang terbaik bagi perusahaan.