Energi panas bumi merupakan sumber energi alternatif yang sudah dimanfaatkan di Indonesia sejak 1983. Sampai tahun 2008, Indonesia telah memanfaatkan energi panas bumi sebesar 1052 MWe dari seluruh potensi sebesar 27140 MWe. Pemanfaatan energi panas bumi dapat dimaksimalkan dengan
pembangunan fasilitas produksi panas bumi. Pada pembangunan fasilitas panas bumi, perancangan sistem perpipaan perlu dilakukan agar tidak terjadi kegagalan.
Pada tugas akhir ini telah dilakukan analisis hidrolik aliran pipa berdasarkan simulasi dengan program Hysys, pemilihan diameter pipa, analisis pemilihan material pipa berdasarkan potensi korosinya, dan analisis tegangan
sistem perpipaan pada fasilitas produksi uap panas bumi di Kluster 24 Lahendong Unit IV. Analisis tegangan sistem perpipaan mengacu pada kode ASME B31.1 Power Piping dan pemodelannya dilakukan dengan program Autopipe.
Hasil analisis hidrolik menunjukkan bahwa pemilihan diameter pipa yang dilakukan akan menghasilkan produk uap yang memenuhi kriteria PLTP dengan tekanan 8,85 bar dan temperatur 175,1 oC ke PLTP III serta tekanan 8,79 bar dan
temperatur 175,0 oC ke PLTP IV. Untuk pemilihan material pipa, baja karbon API 5L Grade B dipilih dengan prediksi laju korosi 30 mpy tanpa adanya potensi korosi retakan. Untuk analisis tegangan, modifikasi belokan dan tumpuan pada sistem perpipaan perlu dilakukan karena tidak mampu menahan beban ekspansi dan gempa. Untuk studi parameter analisis tegangan, kegagalan mulai terjadi bila kepala sumur berpindah 0,45 m ke atas atau 0,48 m ke bawah, tekanan jenuh uap naik sampai 14,2 bar dengan temperatur jenuh 195,7 oC, kecepatan angin melebihi 700 km/jam, dan beban gempa melebihi 0,4 g.