digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1998_TS_PP_HENDRY_1.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

Daerah tanah gambut di Indonesia sangat luas dan tersebar di pulau besar maupun kecil. Pada mulanya daerah tanah gambut kurang diperhatikan dan tidak menarik secara ekonomi, tetapi karena pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi memaksa orang membangun diatas tanah gambut. Hal ini sejalan dengan program pemerintah untuk membuka daerah terisolir dengan pembangunan ruas jalan baru karena banyak ditemuinya potensi alam dibawah lahan tanah gambut. Pulau Padang adalah salah satu pulau kecil yang dihampari lapisan tanah gambut dengan potensi alam yang kaya dengan minyak bumi dan gas alamnya. Tanah gambut adalah jenis tanah organik yang secara teknis tidak baik sebagai bahan bangunan ataupun landasan bangunan dikarenakan daya dukungnya yang sangat rendah serta daya kompresibilitasnya yang tinggi. Untuk dapat memanfaatkan hamparan tanah gambut sebagai landasan / timbunan jalan maka tindakan-tindakan perbaikan harus dilakukan terhadap tanah gambut . Salah satu tindakan perbaikan terhadap tanah gambut adalah tindakan perbaikan dengan menambahkan bahan stabilisasi. Banyak bahan stabilisasi yang telah digunakan dan salah satu bahan yang akan digunakan adalah campuran semen dengan bahan aditif renolith. Perbaikan tanah dengan semen sudah banyak digunakan sedangkan penggunaan bahan aditif renolith merupakan salah satu alternatif baru yang diterapkan dan diteliti dalam penelitian ini. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh campuran semen dengan bahan aditif renolith terhadap peningkatan kekuatan dan daya dukung tanah gambut. Selain itu dilakukan juga stabilisasi terhadap tanah gambut yang terlebih dahulu dicampur dengan lempung, dengan perbandingan gambut : lempung = 70 : 30. Dari penelitian ini didapatkan peningkatan kekuatan dan daya dukung gambut basil stabilisasi dilihat dart kenaikan nilai kuat tekan bebas dan nilai CBRnya. Nilai kuat tekan bebas didapat qu = 4.307 kg/cm2 dibanding qu = 1.526 kg/cm2 (tanpa stabilisasi), sedang CBR = 8.82 % dibanding CBR = 4.97 % sebelum stabilisasi.