2008 TA PP YOLANDA AFIANTO BASTARI 1-COVER.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Vika Anastasya Kovariansi 2008 TA PP YOLANDA AFIANTO BASTARI 1-BAB 1.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Vika Anastasya Kovariansi 2008 TA PP YOLANDA AFIANTO BASTARI 1-BAB 2.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Vika Anastasya Kovariansi 2008 TA PP YOLANDA AFIANTO BASTARI 1-BAB 3.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Vika Anastasya Kovariansi 2008 TA PP YOLANDA AFIANTO BASTARI 1-BAB 4.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Vika Anastasya Kovariansi 2008 TA PP YOLANDA AFIANTO BASTARI 1-BAB 5.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Vika Anastasya Kovariansi 2008 TA PP YOLANDA AFIANTO BASTARI 1-BAB 6.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Vika Anastasya Kovariansi 2008 TA PP YOLANDA AFIANTO BASTARI 1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Vika Anastasya Kovariansi
Kandungan kimia (metabolit sekunder) dalam daun Sambiloto (Andrographis paniculata) memiliki banyak aktivitas farmakologi. Kontrol terhadap produksi metabolit sekunder dari tanaman ini diharapkan memberikan manfaat yang lebih besar pada penggunaannya sebagai bahan obat. Kultur jaringan yang dikombinasikan dengan elisitasi merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk mengoptimalkan perolehan metabolit sekunder suatu tanaman. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh pemberian Saccharomyces cerevisiae, sebagai elisitor yang cukup banyak digunakan, dalam media pertumbuhan pada kultur kalus A. paniculata. Kalus diperoleh dari induksi potongan daun dan ditanam pada medium Murashige and Skoog (MS) dengan hormon tumbuh 0,5 uM 2,4-diklorofenoksi asetat (2,4-D) dan 0,1 uM benzil amino purin (BAP). Kalus yang telah berumur 12 minggu dielisitasi dengan ekstrak ragi yang didispersikan ke dalam media MS pada konsentrasi 0,05%, 0,25% dan 0,50%. Kalus hasil elisitasi dipanen pada hari ke 0, 2 dan 6 setelah dielisitasi. Kalus yang telah kering dan simplisia, masing-masing diekstraksi dengan metanol. Ekstrak tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan pola kromatografi antara ekstrak kalus dengan ekstrak simplisia daun A. paniculata, yang mengindikasikan adanya perbedaan kandungan kimia yang dihasilkan. Dapat disimpulkan penambahan ekstrak ragi mempengaruhi produksi metabolit sekunder pada kalus sambiloto ditandai dengan bercak dari hasil KLT yang berbeda antara kultur kalus sebelum dan setelah dielisitasi dan tanaman asalnya.