digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Terbatasnya sumber daya yang tersedia dan didorong dengan kebutuhan yang semakin meningkat, usaha pemenuhan kebutuhan manusia tidak lagi terjadi di daratan tetapi sudah merambah ke perairan. Salah satu kebutuhan yang paling krusial saat ini adalah kebutuhan akan energi yang terus meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu. Dengan perkembangan teknologi yang telah dicapai sampai saat ini, segala aktivitas lepas pantai (offshore) berupa eksplorasi, eksploitasi, dan distribusi migas menjadi mungkin untuk dilakukan. Distribusi dilakukan untuk menjamin ketersampaian hasil eksploitasi migas ke setiap konsumen. Terdapat 2 cara pendistribusian yaitu dengan kapal tanker atau melalui pipa bawah laut. Bila dilihat melalui pertimbangan efektivitas, pendistribusian melalui pipa menjadi pilihan utama. Dalam praktek konstruksi pipa bawah laut tersebut diperlukan berbagai macam peralatan pendukung konstruksi, salah satunya berupa wahana tanpa awak yang mampu untuk menjangkau sampai ke dasar laut yang disebut ROV (Remotely Operated Vehicle). Wahana ROV memiliki peran dalam segala kegiatan pengadaan pipa bawah laut, dari survei awal sampai dengan inspeksi untuk perawatan. Penggunaan wahana ROV erat kaitannya dengan keilmuan geodesi dan geomatika yaitu dalam kasus penentuan posisi wahana tersebut. Segala data yang mampu diperoleh ROV akan percuma bila tidak dilengkapi informasi posisi. Selain itu, sistem penentuan posisi ROV juga dapat diaplikasikan dalam mendefinisikan lokasi suatu objek di dasar laut. Terdapat berbagai macam cara untuk penentuan posisi, untuk kasus ini digunakan sistem penentuan posisi akustik yang memanfaatkan gelombang suara dengan metode USBL (Ultra Short Baseline). Kajian ini dilakukan berdasarkan teori penentuan posisi akustik dengan data dari survei ROV pada perencanaan rute pemasangan pipa gas di lepas pantai Tanjung Priok. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan metode USBL merupakan pilihan yang paling tepat untuk penentuan posisi ROV.