Pemetaan batimetri dan objek dasar perairan dangkal dengan menggunakan citra satelit dapat dijadikan alternatif pengganti metode pemetaan konvensional pada kawasan perairan. Pencitraan satelit pada daerah pulau-pulau kecil dan perairan dangkal memiliki keterbatasan yaitu adanya efek variasi kedalaman sehingga menyebabkan suatu substrat memiliki nilai radiansi yang tidak konsisten. Hal ini disebabkan oleh atenuasi (pelemahan) gelombang cahaya tampak pada kolom air. Atenuasi merupakan akibat dari interaksi cahaya dengan partikel-partikel yang berada pada kolom air. Penelitian ini bertujuan menghasilkan peta objek dasar perairan dangkal dengan menggunakan metode Lyzenga dan untuk menghasilkan peta batimetri dengan menggunakan metode Jupp. Citra yang digunakan adalah citra Quickbird akuisisi september 2008. Pemeruman di lokasi penelitian dilakukan pada oktober 2009 dengan alat perum gema GPSmapsounder. Hasil evaluasi pengukuran kedalaman memperlihatkan bahwa kedalaman penetrasi maksimum band 2 adalah sebesar 9.9 meter, kedalaman penetrasi maksimum band 3 sebesar 3.6 meter, dan kedalaman penetrasi maksimum band 4 sebesar 0.9 meter. Implementasi algoritma Jupp memberikan nilai koefisien determinasi yang rendah. Penggunaan metode Lyzenga dapat menghasilkan citra indeks objek dasar perairan yang tidak tergantung dengan kedalaman (citra indeks invarian kedalaman). Hasil klasifikasi objek dasar perairan dalam dengan menggunakan citra indeks invarian kedalaman menunjukkan akurasi antara 77%-86%.