Banjir akibat naiknya permukaan air laut merupakan permasalahan yang sering melanda daerah-daerah di pesisir pantai. Naiknya permukaan air laut pada umumnya disebabkan oleh pemanasan global. Selain pemanasan global, bencana alam seperti: gelombang badai, land subsidance, dan pasang air laut juga memberikan kontribusi yang besar terhadap naiknya permukaan air laut. Naiknya permukaan air laut akan memberikan dampak yang besar, baik dalam skala lokal maupun nasional. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu cara untuk melakukan pemodelan dan simulasi terhadap dampak kenaikan permukaan laut tersebut. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan melakukan pemodelan dan simulasi secara tiga dimensi (3D). Untuk memperoleh informasi tiga dimensi (3D) dapat dilakukan dengan mengunakan teknologi Airborne Laser Scanning (ALS) yang mampu menghasilkan informasi kedalaman dan topografi detail dari daerah pesisir pantai tersebut secara cepat dan akurat. Negara-negara seperti: Amerika, Kanada, dan Swedia menamakan teknologi ALS tersebut dengan nama LIDAR (Light Detecting and Ranging). LIDAR terbagi atas dua, yaitu: LIDAR untuk pengukuran kedalaman yang dikenal dengan nama Airborne Laser Hydrography (ALH) atau Airborne Laser Bathymetry (ALB), dan LIDAR untuk pengukuran topografi permukaan bumi yang disebut dengan Airborne Altimetric LIDAR. Dengan kemampuan tersebut, diharapkan teknologi LIDAR dapat membantu instansi terkait dalam penanggulangan banjir, dan lebih lanjut dapat digunakan untuk perencanaan pengaturan tata ruang dan mitigasi bencana.