digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2009 TS PP DHANY HARYANTO 1-COVER.pdf

File tidak tersedia

2009 TS PP DHANY HARYANTO 1-BAB 1.pdf
File tidak tersedia

2009 TS PP DHANY HARYANTO 1-BAB 2.pdf
File tidak tersedia

2009 TS PP DHANY HARYANTO 1-BAB 3.pdf
File tidak tersedia

2009 TS PP DHANY HARYANTO 1-BAB 4.pdf
File tidak tersedia

2009 TS PP DHANY HARYANTO 1-BAB 5.pdf
File tidak tersedia

2009 TS PP DHANY HARYANTO 1-BAB 6.pdf
File tidak tersedia

2009 TS PP DHANY HARYANTO 1-PUSTAKA.pdf
File tidak tersedia

Airtanah merupakan sumber daya air yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Selain untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, air juga dapat dimanfaatkan untuk pertanian serta industri. Persamaan kepentingan tersebut seringkali mengakibatkan munculnya konflik kebutuhan antara masyarakat dengan industri sehingga dapat dikatakan bahwa airtanah memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai fungsi sosial (pemenuhan kebutuhan masyarakat), ekonomi (industri) dan daya dukung lingkungan. Wilayah Kabupaten Sukabumi bagian utara memiliki potensi airtanah yang sangat baik. Tidaklah mengherankan apabila daerah ini kemudian berkembang pesat menjadi wilayah industri air minum dalam kemasan (AMDK). Produsen air kemasan serta industri-industri garmen telah melakukan eksploitasi airtanah di wilayah tersebut untuk memenuhi kebutuhan air. Meningkatnya penggunaan airtanah oleh industri dikhawatirkan mengakibatkan penurunan muka airtanah yang cukup dalam, terlebih lagi bahwa umumnya eksploitasi airtanah di wilayah tersebut memanfaatkan airtanah yang berasal dari akuifer tidak tertekan (Penyusunan Rencana Induk Pendayagunaan Airtanah Cekungan di wilayah Sukabumi-Cianjur-Bogor Dinas Pertambangan Propinsi Jawa Barat dan LPPM ITB, 2003). Oleh karena itu, studi yang dilakukan lebih diarahkan pada memodelkan sistem airtanah di lokasi tersebut serta menganalisa penurunan muka airtanah berdasarkan kecenderungan peningkatan penggunaan airtanah setiap tahunnya oleh industri setempat. Hasil simulasi menggambarkan bahwa pola aliran airtanah mengalami sedikit perubahan terutama pada lokasi-lokasi tertentu dimana terjadi akumulasi pengambilan airtanah melalui pemompaan. Lokasi yang dianggap paling signifikan mengalami perubahan pola aliran airtanah adalah di bagian utara lokasi studi. Sedangkan dilihat dari penurunan muka airtanah, penurunan muka airtanah mencapai lebih dari 20 meter dan terjadi pada lokasi di sekitar PT. ABC dan PT. XYZ dengan area seluas ± 226.304 m2. Hal tersebut terjadi pada tahun keempat (2011) dengan rata-rata pemompaan perhari sumur di PT. XYZ diperkirakan mencapai 1.378 m3/hari dan PT. ABC 1.365 m3/hari. Penurunan yang cukup dalam tersebut disebabkan oleh debit pemompaan airtanah yang cukup besar serta jarak antar sumur yang relatif berdekatan. Kondisi tersebut berpotensi memunculkan konflik sosial karena dikhawatirkan akan menyebabkan kesulitan bagi masyarakat di sekitarnya untuk dapat mengakses airtanah yang terdapat di akuifer bebas.