2009 TA PP DEFANDI FEBRIAN BUSTAMI 01-COVER.pdf
2009 TA PP DEFANDI FEBRIAN BUSTAMI 01-BAB 1.pdf
2009 TA PP DEFANDI FEBRIAN BUSTAMI 01-BAB 2a.pdf
2009 TA PP DEFANDI FEBRIAN BUSTAMI 01-BAB 2b.pdf
2009 TA PP DEFANDI FEBRIAN BUSTAMI 01-BAB 3.pdf
2009 TA PP DEFANDI FEBRIAN BUSTAMI 01-BAB 4.pdf
2009 TA PP DEFANDI FEBRIAN BUSTAMI 01-BAB 5.pdf
ABSTRAK:
Struktur pipa bawah laut memiliki peranan penting dalam kegiatan produksi minyak dan gas lepas pantai. Dalam desain pipa bawah laut, pipa harus kuat dan stabil dalam menahan gaya-gaya yang bekerja baik selama masa instalasi, hydrotest, dan masa operasi. Jika pipa bertindak tidak sesuai dengan yang direncanakan maka akan terjadi kegagalan. Untuk menghindari kegagalan tersebut, perlu diperhatikan beberapa aspek penting dalam proses desain suatu jaringan pipa bawah laut. Beberapa aspek yang perlu diperhitungkan dalam proses pendesainan jaringan pipa bawah laut antara lain adalah ketebalan dinding pipa (wall thickness), buckling and collapse, kestabilan pipa di dasar laut (on-bottom stability), dan bentangan bebas pada pipa (free span).
Pemodelan dan analisis tegangan jalur pipa bawah laut ini akan dikhususkan pada suatu jaringan pipa bawah laut yang dimodelkan secara crossing. Pipa crossing atau pipeline crossing ini merupakan salah satu bagian dari suatu jaringan pipa yang berguna pada keadaan saat dimana suatu jaringan pipa harus melewati jaringan pipa lainnya yang sudah ada terlebih dahulu.
Ketentuan utama dalam suatu crossing adalah jarak pemisah antara kedua pipa. Oleh karena itu hal utama yang harus dirancang dalam crossing bawah laut adalah ketinggian tumpuan yang berfungsi untuk memperoleh jarak clearance antar kedua pipa. Setelah itu dapat dilakukan pemodelan dan menganalisis tegangan yang terjadi agar pipa dapat dioperasikan dengan baik dan terhindar dari kegagalan.