digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rahmat [27122035]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

Penelitian ini membahas Tabut sebagai sebuah sistem kepercayaan yang dijalankan secara turun-temurun oleh komunitas setiap tahun. Tradisi ini tidak hanya merepresentasikan dimensi ritual keagamaan, tetapi juga mengandung nilai-nilai sosial, budaya, dan historis yang membentuk identitas kolektif masyarakat pendukungnya. Fokus penelitian adalah menyingkap bagaimana artefak budaya dan prosesi ritual Tabut dipahami sebagai tanda, serta bagaimana tanda tersebut membangun sistem pemaknaan kolektif. Artefak yang diamati antara lain Penja, Gerga, replika pedang Zulfikar, hingga Turbah, yang semuanya tidak hanya berfungsi sebagai objek ritual, melainkan juga sebagai representamen yang menghubungkan komunitas dengan sejarah, memori, dan nilai spiritual. Metode penelitian menggunakan pendekatan etnosemiotika dengan kerangka analisis semiotika C.S. Peirce. Pendekatan ini mengeksplorasi tanda dalam tiga kategori utama: representamen, objek, dan interpretant. Representamen di sini mencakup simbol dan prosesi dalam Tabut; objek adalah tragedi Karbala yang menjadi sumber narasi historis dan spiritual; sementara interpretant adalah makna yang terbentuk dalam kesadaran kolektif masyarakat Bengkulu. Analisis dilakukan secara deskriptif, dan relasional, yaitu dengan memetakan keterkaitan tanda antar artefak dan antar-prosesi. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya menjelaskan makna tiap simbol, tetapi juga menyingkap jaringan relasi tanda yang membangun kesatuan ritual Tabut. Hasil penelitian secara visual, prosesi dan artefak Tabut menampilkan sistem tanda yang kompleks dan sarat makna simbolik. Setiap bentuk, warna, ornamen, dan tata letak pada artefak maupun rangkaian prosesi Tabut mengandung representasi dari nilai-nilai spiritual, sosial, dan kultural komunitas pelaksana. Dalam kerangka semiotika C.S. Peirce, unsur visual tersebut dapat dibaca melalui tiga aspek utama: ikon, indeks, dan simbol, yang bersama sama membangun sistem penandaan khas dalam tradisi Tabut.