digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Ilhamsyah [37021001]
PUBLIC Open In Flipbook Noor Pujiati.,S.Sos

Penelitian disertasi ini berupaya menyingkap kembali hakikat seni sebagai peristiwa kebenaran (the happening of truth) melalui riset artistik berbasis praktik (artistic research). Latar permasalahan berangkat dari krisis eksistensial manusia kontemporer yang hidup di tengah arus digitalisasi dan rasionalitas instrumental, yang mengikis ruang perenungan dan spiritualitas dalam kehidupan. Melalui pertemuan dengan seni tradisi Cirebon, khususnya lukisan kaca Srabad BantengWindu, Peneliti menemukan konsep “keseimbangan dalam ketidakseimbangan” sebagai simbol kesadaran spiritual dalam wujud harmoni dualitas paradoks. Konsep ini menjadi gagasan penciptaan karya seni kontemporer bertema spiritualitas dengan media plexiglass sebagai material kultural-industrial yang bersifat profan. Penelitian ini merupakan riset artistik (artistic research), menggunakan pendekatan Fenomenologi Hermeneutik Heidegger dan Filsafat Wujud Mulla Sadra untuk menelusuri makna keterbukaan (Aletheia/disclosure) dalam konteks seni sebagai peristiwa pengungkapan kebenaran. Melalui proses refleksi dan tindakan (reflection-in-action), peneliti mengeksplorasi gaya visual tradisi Larapan, serta eksperimen material plexiglass dengan tindakan intuitif, seperti pemanasan, pembakaran, dan pemukulan, untuk mengungkap hakikat materialnya yang transparan, reflektif, dan rapuh. Tindakan destruktif dan kontemplatif tersebut menjadi simbol pertumbuhan jiwa menuju wujud yang lebih nyata—sebuah proses kesadaran eksistensial-spiritual yang mencerminkan tegangan antara “world” (penyingkapan) dan “earth” (penyembunyian) sebagaimana dijelaskan oleh Heidegger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa plexiglass, meskipun merupakan ii material profan dan produk budaya industrial-modern, dapat menjadi wahana bagi penyingkapan nilai-nilai sakral dalam konteks seni kontemporer. Intertekstualitas antara seni tradisi dan seni kontemporer melahirkan pendekatan post-tradisi, di mana nilai-nilai spiritual dan simbolik tradisi diinterpretasi ulang melalui teknologi dan medium baru tanpa kehilangan makna aslinya. Karya-karya yang dihasilkan menghadirkan ambiguitas visual antara keteraturan dan kekacauan, antara transparansi dan defraksi, sebagai cerminan harmoni dalam dualitas paradoks. Pada kesimpulannya seni sebagai modus keberadaan akan bersifat paradoks. Karena melalui dualitas paradoks yang harmonis dalam karya seni, jiwa terbebas dari dunia material sekaligus mengekspresikan dirinya di dunia imajiner. Terbebasnya jiwa dari dunia material merupakan peristiwa sakral bagi para pencari hikmah melalui tassawuf sepanjang hidupnya. Sehingga penelitian ini memperlihatkan fungsi seni sebagai jalan penyingkapan peristiwa sakral dan rahasia tersebut. Secara konseptual, penelitian ini berkontribusi pada pengembangan paradigma seni spiritual kontemporer dengan menegaskan bahwa seni merupakan bentuk kesadaran eksistensial yang membuka jalan bagi keterhubungan antara manusia, material, dan realitas transenden. Proses penciptaan menjadi ruang dialektika antara teori dan praktik, antara keheningan spiritual dan tindakan artistik, yang menghasilkan pemahaman baru tentang seni sebagai peristiwa kebenaran dan jalan menuju kesadaran ilahiah. Dengan demikian, penelitian ini menegaskan posisi seni post-tradisi sebagai medium penghubung antara sakralitas tradisi dan profanitas modernitas dalam lanskap seni rupa kontemporer.