digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ido Fandy Dermawan
PUBLIC Open In Flipbook Ridha Pratama Rusli

Hidrogen (H2) adalah salah satu bahan bakar alternatif yang banyak dikembangkan untuk menggantikan bahan bakar fosil. Hidrogen dapat langsung dicampurkan dengan gas alam (CH4) untuk keperluan co-firing PLTG. Hidrogen memiliki kelebihan dibandingkan dengan gas alam. Pembakaran hidrogen hanya menghasilkan produk samping air atau tidak menghasilkan emisi karbon. Produksi hidrogen berbasis energi terbaharukan telah banyak dikembangkan sehingga pasokan terjamin. Namun, energi per volume hidrogen sekitar 10,8 – 12,7 MJ/m3 lebih kecil dari gas alam sekitar 35,8 – 39,8 MJ/m3 sehingga diperlukan lebih banyak volume hidrogen untuk mengganti gas alam dengan volume tertentu. Hidrogen (H2) dapat dibuat dengan berbagai cara antara lain Steam Methane Reforming (SMR), gasifikasi batubara, elektrolisis air, fotoelektrokimia dan konversi biomassa. Adapun metode yang banyak digunakan saat ini adalah metode SMR dengan bahan baku gas alam sehingga masih menghasilkan emisi yang tidak ramah lingkungan. Dalam penelitian ini telah dikaji proyeksi kebutuhan biomassa untuk produksi hidrogen. Biomassa termasuk sumber energi terbaharukan yang jarang dimanfaatkan. Padahal Indonesia memiliki potensi biomassa yang sangat besar dari hasil limbah pertanian, perkebunan dan rumah tangga. Adapun jalur pembuatan hidrogen dari biomassa yang telah diterapkan dalam penelitian ini adalah proses gasifikasi biomassa. Penelitian ini adalah salahsatu upaya untuk mengembangkan energi terbaharukan dengan mengaplikasikan sebagai bahan bakar co-firing PLTG sehingga mengurangi emisi karbon PLTG tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, bonggol jagung dan wood pellet memiliki potensi sebagai bahan baku pembuatan hidrogen melalui proses gasifikasi, dengan yield masing?masing sebesar 3,5 USD/kg dan 5,5 USD/kg. Yield optimal dapat dicapai pada temperatur 700–1000 °C, rasio steam-to-biomass mendekati 1, serta equivalence ratio 0,2–0,3. Untuk memenuhi kebutuhan cofiring PLTG sebesar 20%v/v, diperlukan pasokan biomassa sekitar 1,8 ton/jam atau 15,7 ribu ton/tahun. Implementasi cofiring ini berpotensi mengurangi konsumsi LNG sebesar 638 ribu MMBtu per tahun serta menurunkan emisi karbon hingga 33.876 ton CO?e per tahun. Gasifikasi biomassa untuk keperluan cofiring menjadi salah satu opsi untuk menekan emisi gas rumah kaca pada pembangkit jenis turbine gas sekaligus memanfaatkan sumber energi lokal yang melimpah dan berkelanjutan.