Hidrogen (H2) adalah salah satu bahan bakar alternatif yang banyak
dikembangkan untuk menggantikan bahan bakar fosil. Hidrogen dapat langsung
dicampurkan dengan gas alam (CH4) untuk keperluan co-firing PLTG. Hidrogen
memiliki kelebihan dibandingkan dengan gas alam. Pembakaran hidrogen hanya
menghasilkan produk samping air atau tidak menghasilkan emisi karbon. Produksi
hidrogen berbasis energi terbaharukan telah banyak dikembangkan sehingga
pasokan terjamin. Namun, energi per volume hidrogen sekitar 10,8 – 12,7 MJ/m3
lebih kecil dari gas alam sekitar 35,8 – 39,8 MJ/m3 sehingga diperlukan lebih
banyak volume hidrogen untuk mengganti gas alam dengan volume tertentu.
Hidrogen (H2) dapat dibuat dengan berbagai cara antara lain Steam Methane
Reforming (SMR), gasifikasi batubara, elektrolisis air, fotoelektrokimia dan
konversi biomassa. Adapun metode yang banyak digunakan saat ini adalah
metode SMR dengan bahan baku gas alam sehingga masih menghasilkan emisi
yang tidak ramah lingkungan.
Dalam penelitian ini telah dikaji proyeksi kebutuhan biomassa untuk produksi
hidrogen. Biomassa termasuk sumber energi terbaharukan yang jarang
dimanfaatkan. Padahal Indonesia memiliki potensi biomassa yang sangat besar
dari hasil limbah pertanian, perkebunan dan rumah tangga. Adapun jalur
pembuatan hidrogen dari biomassa yang telah diterapkan dalam penelitian ini
adalah proses gasifikasi biomassa. Penelitian ini adalah salahsatu upaya untuk
mengembangkan energi terbaharukan dengan mengaplikasikan sebagai bahan
bakar co-firing PLTG sehingga mengurangi emisi karbon PLTG tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, bonggol jagung dan wood pellet memiliki potensi
sebagai bahan baku pembuatan hidrogen melalui proses gasifikasi, dengan yield
masing?masing sebesar 3,5 USD/kg dan 5,5 USD/kg. Yield optimal dapat dicapai
pada temperatur 700–1000 °C, rasio steam-to-biomass mendekati 1, serta
equivalence ratio 0,2–0,3. Untuk memenuhi kebutuhan cofiring PLTG sebesar
20%v/v, diperlukan pasokan biomassa sekitar 1,8 ton/jam atau 15,7 ribu ton/tahun.
Implementasi cofiring ini berpotensi mengurangi konsumsi LNG sebesar 638 ribu
MMBtu per tahun serta menurunkan emisi karbon hingga 33.876 ton CO?e per
tahun. Gasifikasi biomassa untuk keperluan cofiring menjadi salah satu opsi untuk menekan emisi gas rumah kaca pada pembangkit jenis turbine gas sekaligus
memanfaatkan sumber energi lokal yang melimpah dan berkelanjutan.
Perpustakaan Digital ITB