digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Reni Wijayanti
PUBLIC Open In Flipbook Rita Nurainni, S.I.Pus Ringkasan

Laut Banda merupakan lokasi pertemuan massa air dari Pasifik Utara dan Pasifik Selatan yang kemudian mengalir keluar menuju Samudra Hindia melalui Cekungan Aru dan Laut Timor. Interaksi kedua massa air tersebut menghasilkan transformasi massa air baru, yaitu Banda Sea Water (BSW), dengan karakteristik salinitas sekitar 34,5 psu dari lapisan termoklin hingga dasar laut. Secara musiman, fenomena upwelling teridentifikasi di Laut Banda dan mencapai intensitas maksimum pada musim timur. Karakteristik oseanografi tersebut, ditambah dengan bentuk topografi batimetri yang kompleks, menjadikan proses percampuran vertikal di Laut Banda sangat dinamis dan rumit. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa upwelling dapat memicu peningkatan turbulensi dan gelombang internal yang berkontribusi terhadap transformasi massa air. Namun demikian, pengaruh upwelling terhadap intensitas percampuran vertikal di Laut Banda belum terungkap secara spesifik.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh upwelling terhadap percampuran vertikal di Laut Banda. Data yang digunakan meliputi data re-analisis CMEMS berupa suhu, salinitas, klorofil-a. Data kecepatan angin zonal dan meridional pada lapisan 10 m selama periode 1993 didapatkan dari ECMWF. Selain itu, digunakan juga data observasi Ekspedisi Arlindo-Mixing pada Agustus 1993 dan Februari 1994 yang mencakup sembilan pasang stasiun pengamatan dengan lokasi yang sama pada kedua musim. Analisis dilakukan melalui tiga tahap: (1) identifikasi upwelling berdasarkan analisis spasial-vertikal temperatur, salinitas, klorofil-a dan perhitungan Ekman pumping velocity (????????); (2) estimasi intensitas percampuran vertikal turbulen melalui perhitungan parameter Brunt–Väisälä (????2), perpindahan Thorpe (????????), disipasi energi kinetik (????), dan difusivitas vertikal (?????????????) secara vertikal dan spasial; serta (3) perbandingan analisis hasil estimasi antara musim timur dan musim barat untuk mengidentifikasi pola dan perbedaannya selama periode upwelling.Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara spasial, upwelling di Laut Banda teridentifikasi secara musiman pada periode Juni–Agustus (JJA) dan mencapai maksimum pada Agustus, sebagaimana ditunjukkan oleh distribusi SST, SSS, dan klorofil-a. Secara vertikal, fenomena upwelling juga teramati kuat pada lapisan termoklin selama musim timur (JJAS). Nilai (????????) maksimum terjadi pada Juni–September, dengan puncaknya pada Agustus (1 × 10?4 m/s). Parameter ???? dan ?????????o menunjukkan nilai tertinggi pada lapisan termoklin, baik pada musim timur maupun barat, yang mengindikasikan bahwa lapisan ini merupakan zona paling turbulen. Menariknya, nilai rata-rata ???? dan ????????????? pada musim barat sedikit lebih besar dibanding musim timur. Secara spasial, nilai ???? dan ????????????? tinggi ditemukan di lapisan permukaan (<50 m). Pada musim timur, nilai maksimum terjadi di stasiun A-59 dan A-60 yang berlokasi di dekat pulau dan selat sempit, sedangkan pada musim barat nilai tinggi teramati di stasiun F-137, F-138, dan F-139 yang berada di bagian selatan Laut Banda (laut lepas). Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ???? dan ????????????? sebagai indikator percampuran vertikal tidak secara langsung dipengaruhi oleh upwelling. Percampuran vertikal di Laut Banda lebih dipengaruhi oleh proses internal kolom air, seperti ketidakstabilan stratifikasi dan pertemuan massa air dari pada dinamika upwelling permukaan yang dipicu oleh angin.