Kejadian petir di wilayah tropis seperti Bandung merupakan indikator penting dari
aktivitas konvektif yang kompleks dan sulit diprediksi. Akurasi simulasi petir
dalam model numerik sangat bergantung pada pemilihan parameterisasi fisik,
khususnya skema konveksi dan mikrofisika. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi
kombinasi skema parameterisasi tersebut dalam mensimulasikan kejadian petir
pada 10 Februari 2024 menggunakan model Weather Research and Forecasting
(WRF).
Simulasi dilakukan dengan enam kombinasi skema parameterisasi dan konfigurasi
domain bertingkat (9 km, 3 km, 1 km). Evaluasi dilakukan terhadap enam parameter
meteorologis: SBCAPE, Lifted Index, K-Index, vertical velocity, equivalent
potential temperature (??), dan Ice Mixing-Ratio (QICE). Data petir diperoleh dari
Lightning Detector dan dianalisis menggunakan regresi OLS, Ridge, dan Lasso
setelah transformasi logaritmik dilakukan untuk memenuhi asumsi normalitas.
Hasil menunjukkan bahwa kombinasi Betts-Miller-Janjic dan WSM6 (BMWSM)
memberikan performa terbaik dalam semua model regresi, dengan nilai koefisien
determinasi (R²) tertinggi dan galat kuadrat rata-rata (RMSE) terendah. Sebaliknya,
kombinasi Grell-Devenyi dan WSM6 menunjukkan performa terendah. Temuan ini
menegaskan pentingnya pemilihan skema parameterisasi yang sesuai dalam
meningkatkan kualitas simulasi kejadian petir untuk mendukung sistem peringatan
dini cuaca ekstrem.
Perpustakaan Digital ITB