abstrak_ Prabu Asshidiq [13320024]
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB I
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab II
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab III
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB IV
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB V
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
DAFTAR PUSTAKA
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
Pemanfaatan ruang bawah tanah untuk infrastruktur perkotaan, seperti terowongan pejalan kaki, seringkali dihadapkan pada tantangan dalam penyediaan kenyamanan termal bagi penggunanya. Studi ini secara komprehensif menganalisis kondisi termal di terowongan pejalan kaki Bintaro Xchange, yang secara konsisten dilaporkan terasa panas dan pengap. Analisis data lapangan awal mengidentifikasi beberapa faktor kritis, termasuk temperatur radiasi rata-rata (MRT) yang tinggi mencapai 33.48°C dan kinerja sistem ventilasi yang tidak merata, dengan beberapa area hanya menerima aliran udara sekitar 170 CFM. Untuk mengatasi masalah ini, penelitian menggunakan pendekatan ganda yang mengintegrasikan pengukuran lapangan dengan simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD) yang divalidasi menggunakan perangkat lunak COMSOL. Model simulasi kondisi asli berhasil mengidentifikasi dua masalah utama: distribusi aliran udara yang sangat tidak merata di sepanjang koridor utama dan keberadaan "zona mati" termal di tenant area, di mana kecepatan udara tercatat sebesar 0.00 m/s. Zona ini menunjukkan kondisi termal ekstrem dengan nilai Predicted Mean Vote (PMV) mendekati +2,0 dan Predicted Percentage of Dissatisfied (PPD) melebihi 70%, yang secara objektif memvalidasi keluhan pengguna.Model CFD yang telah tervalidasi kemudian digunakan untuk mengevaluasi enam skenario intervensi dengan memvariasikan laju aliran udara (hingga 800 CFM) dan mengubah arah aliran. Hasil penelitian menunjukkan skenario "CFM 600 Y"—peningkatan laju aliran menjadi 600 CFM dengan arah menuju pengguna—merupakan solusi paling optimal untuk koridor utama. Skenario ini berhasil mencapai target sensasi "sedikit hangat" yang lebih realistis untuk iklim tropis, dengan menurunkan PMV rata-rata menjadi +0,6 dan PPD menjadi 13% pada jam puncak. Namun, intervensi ini terbukti tidak efektif untuk tenant area karena ketiadaan sumber ventilasi. Oleh karena itu, direkomendasikan strategi ganda: implementasi skenario "CFM 600 Y" untuk koridor utama dan pemasangan sistem ventilasi atau pendingin udara (AC) independen sebagai solusi struktural yang diperlukan untuk tenant area.
Perpustakaan Digital ITB