2007 TS PP CHRISTIAN ARTHUR SILALAHI 1-COVER.pdf
2007 TS PP CHRISTIAN ARTHUR SILALAHI 1-BAB1.pdf
2007 TS PP CHRISTIAN ARTHUR SILALAHI 1-BAB2.pdf
2007 TS PP CHRISTIAN ARTHUR SILALAHI 1-BAB3.pdf
2007 TS PP CHRISTIAN ARTHUR SILALAHI 1-BAB4.pdf
2007 TS PP CHRISTIAN ARTHUR SILALAHI 1-BAB5.pdf
2007 TS PP CHRISTIAN ARTHUR SILALAHI 1-PUSTAKA.pdf
Motor bensin merupakan mesin yang melakukan konversi energi yang terkandung dalam bahan bakar menjadi energi mekanik. Proses ini diawali dengan pencampuran bahan bakar (bensin) dengan udara, kemudian campuran masuk ke dalam ruang bakar selanjutnya dibakar dengan bantuan busi. Pada awalnya sistem pencampuran bahan bakar ini dilakukan dengan mengunakan karburator, tetapi seiring dengan kemajuan bidang kontrol dan sensor, pencampuran bahan bakar dan udara dilakukan dengan sistem injeksi agar dicapai kondisi operasi yang lebih efisien. Berbagai sensor yang memantau kondisi mesin merupakan pemberi input data ke Electronic Control Unit (ECU) dan selanjutnya ECU menghasilkan sinyal yang memerintahkan injektor untuk menyemprotkan bensin.
Penggunaan sistem injeksi juga dapat mengalami masalah bila kualitas bahan bakar yang melewatinya tidak baik. Bensin yang berkualitas rendah akan cenderung membentuk deposit pada injektor, yang dapat menyebabkan pengurangan laju aliran bensin pada kondisi yang sudah ditetapkan ECU. Campuran bensin-udara yang tidak stokiometrik akan menyebabkan daya motor berkurang selain itu akan menghasilkan emisi gas buang lebih tinggi.
Untuk mengetahui derajat terbentuknya deposit pada injektor diperlukan alat uji yang dapat melakukan pengukuran secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu melalui pengamatan bentuk semprotan yang terjadi dan pengukuran volume semprotan injektor.
Alat uji yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dipakai sebagai alat ukur untuk pengujian deposit pada injektor yang mengacu pada standar ASTM D5598. Untuk menggantikan fungsi ECU yang memberikan sinyal ke injektor, dikembangkan sistem kontrol berbasis PLC yang dipilih karena kemudahan dalam pemrogramannya. PLC diprogram agar memberikan sinyal kepada injektor dalam 3 mode yang mewakili 3 putaran motor. Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap injektor yang dianggap mewakili keadaan injektor yang sudah terbentuk deposit. Sesuai dengan standar ASTM D5598, dilakukan perbandingan injektor sebelum dan sesudah diukur untuk mengetahui deposit yang terbentuk. Jika suatu saat dibutuhkan pengujian dengan mode yang berbeda maka PLC dapat diprogram ulang.