ABSTRAK Made Anjelita Devi Larasati
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Made Anjelita Devi Larasati
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Made Anjelita Devi Larasati
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Made Anjelita Devi Larasati
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Made Anjelita Devi Larasati
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Made Anjelita Devi Larasati
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Made Anjelita Devi Larasati
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Made Anjelita Devi Larasati
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN Made Anjelita Devi Larasati
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Vanila merupakan aditif pangan yang paling populer digunakan dalam industri seperti makanan,
perasa, dan wewangian, dengan vanilin sebagai komponen utamanya. Senyawa utama dari vanilin
ini dapat diperoleh dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Indonesia adalah produsen kelapa
sawit terbesar di dunia dengan limbah TKKS yang belum termanfaatkan dengan maksimal. TKKS
mengandung banyak senyawa yang masih bisa dimanfaatkan, seperti lignoselulosa. Lignin, salah
satu komponen lignoselulosa, dapat dikonversi secara biologis menjadi vanilin dengan nilai jual
yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh pretreatment serta mikroba yang
digunakan terhadap perolehan vanilin. Pretreatment pertama dilakukan dengan melakukan alkali
pretreatment dengan 2% NaOH (w/v), perbandingan massa TKKS terhadap pelarut 1:10, dan
temperatur 90°C selama 3 jam. Sebagian cairan samping pretreatment pertama dipurifikasi
menjadi asam ferulat murni. Pretreatment kedua merupakan organosolv pretreatment dengan
pelarut campuran aqua dm : butanol : asam format (2:6:2), perbandingan massa TKKS terhadap
pelarut 1:10, dan temperatur 180°C selama 80 menit. Tahap kedua adalah melakukan fermentasi
dengan variasi mikroba, yaitu Bacillus megaterium, Streptomyces sp., dan Pycnoporus cinnabarus
selama 120 jam pada 35°C dan 110 rpm. Dari penelitian ini diperoleh bahwa mikroba terbaik untuk
fermentasi asam ferulat menjadi vanilin adalah Streptomyces sp.. Substrat dengan rata-rata
perolehan vanilin terhadap TKKS tertinggi adalah kraft dengan Pycnoporus cinnabarinus dan
diikuti oleh cairan organosolv dengan Bacillus megaterium.
Perpustakaan Digital ITB