digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pelapukan adalah proses alamiah yang terjadi pada batuan sebagai upaya mencapai kesetimbangan pada lingkungan permukaan. Pada daerah topis, fenomena pelapukan sangat umum terjadi secara intensif dan terjadi sebagai akibat adanya kontak antara batuan dengan atmosfer dan hidrosfer. Selain itu, pelapukan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti karakteristik batuan, iklim, topografi, air tanah, aktivitas organic dan waktu. Lokasi penelitian berada di daerah Lembur Gunung, Kecamatan Cipatat dan Cikamuning, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi derajat pelapukan dan pengaruhnya terhadap mineralogi, sifat kimia dan sifat keteknikan batuan. Tufa dapat dibedakan ke dalam enam derajat pelapukan, yaitu derajat pelapukan I (batuan segar) dengan ketebalan 1,2-1,5 meter, derajat pelapukan II (lapuk ringan) dengan ketebalan 1,1-1,4 meter, derajat pelapukan III (lapuk sedang) dengan ketebalan 1,3-2,9 meter, derajat pelapukan IV (Lapuk Kuat) dengan ketebalan 0.8-1.4 meter, derajat pelapukan V (lapuk sempurna) dengan ketebalan1.2-2.1 meter dan derajat pelapukan VI (tanah residu) dengan ketebalan 1.5–2.9 meter. Terdapat hubungan yang jelas antara derajat pelapukan dengan perubahan mineral penyusun batuan. Semakin tinggi derajat pelapukan, pembentukan dan kelimpahan serisit, rekahan halus, oksidasi dan mineral sekunder semakin intensif. Secara umum, dari hasil analisis kimia terlihat adanya hubungan yang jelas antara derajat pelapukan dengan perubahan komposisi kimia. Komposisi SiO2, MgO, K2O, CaO dan Na2O mengalami pengurangan terhadap meningkatnya derajat pelapukan. Sedangkan, komposisi Al2O3, TiO2, dan H2O- cenderung mengalami pengayaan terhadap naiknya derajat pelapukan. Sementara itu, Fe2O3 megalami pengurangan pada derajat pelapukan I sampai III yang kemudian mengalami pengayaan kembali pada derajat pelapukan IV dan VI. Walaupun demikian, beberapa indeks memperlihatkan hubungan yang tidak jelas. Secara umum, indeks yang menggambarkan berkurangnya SiO2 dan perbandingan antara oksida mobile dengan immobile memperlihatkan hubungan yang jelas terhadap derajat pelapukan. Sedangkan, indeks yang didasarkan atas kesamaan karakteristik geokimia seperti oksida mobile dengan mobile atau immobile dengan immobile memperlihatkan hubungan yang tidak baik. Begitupun dengan indeks yang melibatkan kelimpahan Fe2O3, memperlihatkan pola perubahan yang tidak teratur. Hasil dari pengujian sifat fisik dan mekanik, terdapat hubungan yang jelas terhadap perubahan derajat perlapukan. Kandungan air (w), porositas (n), angka pori (e), batas cair (LL), batas plastis (PL), indeks plastisitas (IP) dan nisbah Poisson (vd) mengalami peningkatan terhadap naiknya derajat pelapukan. Sedangkan, densitas (γ) modulus elastisitas (Ed), modulus geser (Gd) mengalami pengurangan terhadap meningkatnya derajat pelapukan.