Lapangan YAN merupakan salah satu lapangan minyak dan gas bumi yang masih aktif
di Cekungan Sumatra Selatan. Dalam beberapa pengeboran terakhir, ditemukan
indikasi penipisan hingga hilangnya lapisan reservoir yang sebelumnya menjadi target
pengembangan. Permasalahan ini diduga berkaitan dengan model reservoir yang
dibangun tanpa mempertimbangkan variasi lingkungan pengendapan, sehingga
heterogenitas yang timbul akibat perubahan fasies belum tergambarkan secara
menyeluruh. Akibatnya, interpretasi sebaran lapisan reservoir menjadi kurang akurat
dan berdampak pada tingginya ketidakpastian estimasi hidrokarbon, termasuk nilai
Original Oil in Place (OOIP) dan penentuan zona prospek.
Selain itu, Lapangan YAN memiliki karakteristik multi-layer reservoir, namun
pengembangan selama ini masih didominasi oleh zona tengah (middle zone). Padahal,
terdapat potensi reservoir yang cukup tebal pada zona bawah (deep zone) yang belum
dimanfaatkan secara optimal. Kondisi ini menuntut analisis yang lebih mendalam guna
mendukung strategi pengembangan yang lebih massif dan tepat sasaran ke depannya.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami karakteristik reservoir serta keterkaitannya
dengan lingkungan pengendapan guna meningkatkan presisi dalam menentukan zona
prospek hidrokarbon. Data yang digunakan meliputi 68 sumur di Lapangan YAN,
dengan jenis data berupa log tali kawat, batuan inti, hasil analisis biostratigrafi, serta
citra borehole (FMI). Pendekatan yang digunakan merupakan integrasi antara analisis
geologi dan petrofisika. Analisis geologi mencakup interpretasi lingkungan
pengendapan dan asosiasi arsitektural fasies berdasarkan data sumur, batuan inti, dan
borehole image, sedangkan analisis petrofisika dilakukan melalui perhitungan
parameter utama seperti volume shale dan porositas efektif untuk menilai kualitas
reservoir. Hasil dari integrasi ini kemudian digunakan untuk membangun model statik
berbasis geostatistik guna memetakan sebaran dan kualitas reservoir secara lebih
detail.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa reservoir Formasi Talangakar di Lapangan YAN
terendapkan dalam sistem pengendapan darat hingga transisi, yaitu dari sistem fluvial
hingga delta. Sistem fluvial ditandai oleh asosiasi arsitektural fasies seperti channel,
point bar, crevasse splay, dan floodplain, sedangkan sistem delta dicirikan oleh
keberadaan distributary channel, mouth bar, dan interdistributary plain. Secara
umum, properti petrofisika reservoir pada sistem delta lebih baik dibandingkan dengan
sistem fluvial, dengan rata-rata volume shale yang lebih rendah sebesar 2,6% dan
porositas efektif yang lebih tinggi sebesar 6,1%. Temuan ini menegaskan bahwa
lingkungan pengendapan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas reservoir.
Pemahaman yang menyeluruh terhadap aspek ini diharapkan dapat menjadi dasar
dalam penyusunan strategi pengembangan lapangan yang lebih optimal di masa
mendatang.
Perpustakaan Digital ITB