Permasalahan dalam penanggulangan bencana gempa bumi di Provinsi Jawa Barat
muncul akibat lokasi gudang material emergency PT PLN (Persero) yang selama ini
terpusat di wilayah Bandung. Dalam kondisi bencana, hal ini dapat menyebabkan
keterlambatan distribusi bantuan, meningkatnya biaya logistik, serta tingginya risiko
kerusakan pada gudang karena lokasi tersebut belum mempertimbangkan aspek
kerawanan bencana. Penelitian-penelitian sebelumnya umumnya hanya berfokus pada
aspek biaya pembukaan dan kapasitas gudang, tanpa mempertimbangkan faktor risiko
bencana. Untuk menjawab tantangan tersebut, tesis ini mengusulkan sebuah model
untuk optimalisasi penempatan lokasi gudang yang aman dan distribusi material
emergency dengan mempertimbangkan risiko gempa bumi. Model dikembangkan
menggunakan pendekatan Mixed-Integer Programming (MIP), yang mengmitigasikan
metode klasterisasi berbasis risiko dengan skema alokasi material ke gudang-gudang
terpilih. Tujuan utama dari model ini adalah untuk menentukan lokasi gudang yang
optimal dengan mempertimbangkan efisiensi waktu tempuh, tingkat risiko bencana,
dan biaya distribusi logistik. Selain itu, model ini juga dirancang untuk mengevaluasi
berbagai skenario kejadian gempa serta memperkirakan kebutuhan material pada
masing-masing klaster terdampak. Hasil implementasi model menunjukkan bahwa
pendekatan yang diusulkan mampu meminimalkan total biaya distribusi hingga sebesar
56,2% dibandingkan dengan skema eksisting yang hanya menggunakan satu gudang
pusat.
Perpustakaan Digital ITB