digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1992 TS PP ACHMAD GHOFAR ISMAIL 1-BAB1.pdf

File tidak tersedia

1992 TS PP ACHMAD GHOFAR ISMAIL 1-BAB2.pdf
File tidak tersedia

1992 TS PP ACHMAD GHOFAR ISMAIL 1-BAB3.pdf
File tidak tersedia

1992 TS PP ACHMAD GHOFAR ISMAIL 1-BAB4.pdf
File tidak tersedia

1992 TS PP ACHMAD GHOFAR ISMAIL 1-BAB5.pdf
File tidak tersedia

1992 TS PP ACHMAD GHOFAR ISMAIL 1-BAB6.pdf
File tidak tersedia

1992 TS PP ACHMAD GHOFAR ISMAIL 1-COVER.pdf
File tidak tersedia

1992 TS PP ACHMAD GHOFAR ISMAIL 1-PUSTAKA.pdf
File tidak tersedia

ABSTRAK: Formula-formula yang digunakan dalam metoda Bina Marga berasal dari metoda AASHTO-1972, dengan beberapa modifikasi terhadap beberapa faktor tertentu seperti Faktor Regional dan Daya Dukung Tanah. Metoda AASHTO-1972 telah direvisi dan dipublikasikan pada tahun 1986 sebagai metoda AASHTO-1986. Beberapa faktor tambahan baru, antara lain Faktor Keandalan, Modulus Resilient dari Subgrade, Koeffisien Drainase, Simpangan Baku, Modulus Bahan Jalan dan Faktor Lingkungan, telah diperkenalkan dalam metoda baru ini. Studi ini dimaksudkan untuk mencoba menerapkan metoda baru AASHTO-1986 ini pada kondisi Indonesia dengan membandingkannya terhadap Metoda Bina Marga. Untuk tujuan ini maka perlu dicari faktor-faktor korelasi dari masing-masing metoda tersebut serta melakukan analisa sensitivitas dari faktor-faktor tertentu yang menentukan. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara Faktor Regional pada Metode Bina Marga dengan Faktor Keandalan pada Metoda AASHTO 1986. Korelasi ini hanya dipengaruhi oleh nilai CBR dari subgrade. Nilai Faktor Drainase pada metode Bina Marga adalah sama dengan satu sedangkan pada Metoda AASHTO 1986 nilainya bervariasi. Variasi ini mempengaruhi total tebal perkerasan yang diperlukan untuk kondisi tertentu. Beberapa kurva perencanaan yang cocok untuk kondisi Indonesia diturunkan berdasarkan metode AASHTO 1986-dan telah diuji dengan menggunakan beberapa data lapangan yangf spesif1k. Hasil-hasil perencanaan dengan metode AASHTO 1986 dibandingkan dengan yang didapat dari perhitungan metode Bina Marga. Tebal perkerasan yang dihasilkan dari metode pertama ( AASHTO 1986 ) lebih besar dari yang diperlukan, perbedaannya tidak terlalu berarti, yang mana dapat dipakai untuk kondisi subgrade yang sama untuk masing-masing dari tiga proyek jalan yang diuji. Perbedaan tersebut diharapkan akan menjadi besar untuk kondisi subgrade dan lingkungan yang berbeda