Berdasarkan data pemerintah, kasus malaria yang disebarkan nyamuk Anopheles yang melanda Indonesia
berjumlah 217.025 kasus penduduk pada tahun 2016 meningkat tajam menjadi 250.644 pada tahun 2019.
Selain itu, kasus demam berdarah dengue (DBD) pada tahun 2019 yang disebarkan nyamuk Aedes aegypti
betina sebesar 112.954 kasus. Oleh Karena itu pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk
menurunkan kasus penyakit tersebut salah satunya penggunaan senyawa sintesis seperti DEET (N,Ndimetil-3-metil benzamida). Senyawa kimia sintesis tersebut memiliki dampak buruk bagi linkungan. Oleh
karena itu diperlukan penggantian bahan kimia menjadi bahan alami tanaman. Maka penelitian ini
mengumpulkan berbagai artikel penelitian guna mengumpulkan data komprehensif tanaman yang
berpotensial yang bisa dikembangkan kemudian menjadi produk pengusir nyamuk ramah lingkungan.
Metode penelitian yang dipakai menggunakan mesin pencarian Google Scholar , Scopus, Web of science,
Sciencedirect, National Center for BioTechnology Information (NCBI), dengan kata kunci “minyak
atsiri/minyak esensial/Essential oil”, “mosquito repellent/pengusir nyamuk”, “repellent/repellency” , dan
“Mosquito”. Berdasarkan hasil penelusuran, 5 tanaman memiliki daya pengusir nyamuk di atas 90% dalam
durasi 6 jam pengamatan yaitu, kayu manis (Cinnamomum burmanii), pepaya (Carica papaya), babadotan
(Ageratum conyzoides L.), kenanga (Cananga odorata hook F. & Thoms), dan rosemary (Rosmarinus
officinalis L.), 15 tanaman lain memiliki daya pengusir nyamuk di atas 50%, yaitu, nilam (Pogostemon
cablin (Blanco) Benth.), serai wangi (Cymbopogon nardus), kemangi (Ocinum cannum), cengkeh
(Syzygyium aromaticum), Jeruk purut(Cytrus histix), Selasih (Ocimum sanctum), Sirih (Piper betle),
Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith), Alpukat (Persea Americana Mill), Zodia (Euvodia
graveolens), Tembakau (Nicotiana tabacum), Tembelekan (Lantana camara), dan Legundi (Vitex trifolia
Linn).