digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Renardi Junwono
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Renardi Junwono
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Renardi Junwono
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Renardi Junwono
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Renardi Junwono
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Renardi Junwono
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Renardi Junwono
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Sistem penambangan bawah tanah terdapat pada hampir seluruh industri penambangan di penjuru dunia, termasuk juga di Indonesia sendiri. Tanpa disertai sistem keamanan yang layak, hal tersebut dapat menyebabkan resiko terjadinya kecelakaan di dalam tambang. Jenis penyanggan yang digunakan oleh tambang bawah tanah pada umumnya terdiri atas rock bolts, weld mesh, wire mesh, shotcrete, steel set & concrete, dan timber. Wire mesh dipasang pada batuan dengan diikat pada bolt yang dipasang plate. Tujuan pemasangan wire mesh pada tambang bawah tanah adalah sebagai struktur penyokong shotcrete dan sebagai ground support yang memperluas bidang untuk menahan batuan jatuh. Tujuan utama dari penelitian ini adalah membandingkan kualitas antara mesh wire dengan dua jalur produksi yang berbeda, yaitu hot dip + weld (pre-galvanized) dan weld + hot dip (galvanized). Referensi-referensi terkait topik penelitian dikumpulkan dan dianalisis seputar mesh wire dimulai dari proses produksi hingga aplikasi mesh wire pada tambang bawah tanah. Hal penting yang harus ditinjau dalam produksi mesh wire yaitu tahapan produksi mesh wire itu sendiri, proses hot dip galvanization, dan proses pengelasan Resistance Spot Welding (RSW). Diperlukan juga analisis terhadap proses hasil produksi berupa pengamatan mikrostruktur pada daerah lasan dan perubahan yang terjadi akibat input panas selama proses pengelasan berlangsung. Dari referensi-referensi dan hasil percobaan yang telah dianalisa diperoleh hasil bahwa proses galvanisasi hot dip menghasilkan perubahan fasa mikrostruktur dimana teramati peningkatan komposisi fasa pearlite serta pembentukkan fasa acicular ferrite pada daerah fusion zone. Pengujian terhadap kekuatan mekanik dengan pengujian kekuatan luluh, kekuatan tarik maksimum, dan kekuatan geser maksimum mendapatkan kekeuatan luluh yang sama antara mesh wire pregalvanized dan mesh wire galvanized, namun didapatkan nilai kekuatan luluh maksimum dan nilai kekuatan geser maksimun mesh wire pre-galvanized bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan mesh wire galvanized. Pengukuran ketebalan kedua variasi mesh wire menunjukkan ketebalan coating pada mesh wire pregalvanized yang relatif tipis dan merata dibandingkan dengan mesh wire galvanized. Nilai kekerasan yang diuji pada kedua variasi mesh wire menunjukkan profil kekerasan yang relatif sama pada setiap pengamatan daerah pengelasan. Pengamatan mesh wire menggunakan SEM dan EDS mapping pada daerah fusion zone tidak menampilkan keberadaan fasa intermetalik pada kedua variasi mesh wire.