digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Sofi Andriani
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER-Sofi Andriani.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB I-Sofi Andriani.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB II-Sofi Andriani.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB III-Sofi Andriani.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB IV-Sofi Andriani.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB V-Sofi Andriani.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Sofi Andriani
PUBLIC Irwan Sofiyan

LAMPIRAN-Sofi Andriani.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

Nilem (Osteochilus vittatus) merupakan ikan endemik Indonesia dan berpotensi dikembangkan sebagai ikan budidaya yang menguntungkan dari sisi ekonomi, produksi dan kelestarian lingkungan. Peningkatan produksi dan kualitas telur ikan nilem dapat dilakukan dengan pemberian hormon estradiol 17-? (E2). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon estradiol 17-? terhadap perkembangan oosit, kualitas telur, dan konsentrasi protein Vitellogenin di plasma darah ikan nilem (Osteochilus vittatus). Sebanyak 60 ekor ikan nilem betina matang gonad dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu: 1. Kelompok kontrol alami (K0), 2. Kelompok kontrol yang diinjeksi pelarut hormon/minyak zaitun (K1), 3. Kelompok Perlakuan 1, diinjeksi E2 dosis 105 ?g/kg bb (P1), 4. Kelompok Perlakukan 2, diinjeksi E2 dosis 210 ?g/kg (P2), dan 5. Kelompok Perlakukan 3, diinjeksi E2 dosis 420 ?g/kg bb (P3). Untuk menyeragamkan kondisi gonad maka ikan nilem disuntik ovaprim terlebih dahulu lalu dipijahkan dengan bantuan stripping. Satu minggu setelah dipijahkan ikan diinjeksi E2 secara intraperitonial, lalu dipelihara selama 43 hari. Pengambilan sampel gonad dan darah dilakukan pada hari ke 1, hari ke 15, hari ke 29, dan hari ke 43 setelah injeksi E2 diberikan. Berat badan dan berat gonad ditimbang untuk menghitung nilai Indeks Gonadosomatik (IGS). Jumlah telur dihitung untuk menghitung fekunditas. Gonad dibuat sayatan histologis dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) yang digunakan untuk pengamatan perkembangan oosit dan pengukuran diameter oosit..Plasma darah dianalisis dengan metode ELISA untuk mengukur konsentrasi protein Vtg di dalam plasma. Data dianalisis secara statistik dengan uji homogenitas, normalitas, ANOVA, Tukey, dan uji T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai IGS dan diameter telur sejalan dengan waktu pengamatan yang berbeda nyata antara kelompok kontrol dan perlakuan, dan berbeda pada nilai fekunditas terutama pada kelompok P2 dan P3. Nilai IGS menunjukkan korelasi antara perlakuan dan waktu pengamatan. Terdapat 4 tahapan oosit ikan nilem selama pengamatan yaitu oosit tahap pertumbuhan primer, oosit tahap kortikal alveolus, oosit tahap vitellogenesis, dan oosit tahap matang. Perkembangan oosit ditemukan berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, dimana perkembangan oosit pada kelompok perlakuan (P2 dan P3) lebih cepat dibanding kontrol. Konsentrasi protein Vtg di dalam plasma darah terjadi peningkatan pada hari ke 15 sampai hari ke 29 lalu mengalami penurunan di hari ke 43 hampir pada semua kelompok perlakuan dan berbeda nyata pada kelompok P2 dibanding kelompok perlakuan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Hormon Estradiol 17-? (E2) sebanyak 210 ?g/kg BB (P2) memberikan pengaruh terbaik dalam mempercepat perkembangan oosit ikan nilem, meningkatkan kualitas telur juga meningkatkan konsentrasi protein vitellogenin di plasma darah ikan nilem (Osteochilus vittatus)