digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Hadisurya Pratama
PUBLIC Open In Flipbook Resti Andriani

BAB 1 Hadisurya Pratama
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Hadisurya Pratama
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Hadisurya Pratama
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Hadisurya Pratama
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Hadisurya Pratama
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Hadisurya Pratama
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PT Amman Mineral Nusa Tenggara (PT AMNT) merupakan salah satu perusahaan pertambangan dan pengolahan tembaga di Indonesia. PT AMNT mengolah 100.000 ton bijih per hari dengan kadar umpan 0,3-0,6% Cu, serta menghasilkan 2.000 hingga 3.000 ton konsentrat per hari dengan kadar Cu 19- 25%. Saat ini, pengoperasian flotasi di sirkuit rougher scavenger dilakukan dengan mengatur beberapa variabel operasi yang salah satunya yaitu mengatur kedalaman buih. Kedalaman buih ditentukan berdasarkan hasil observasi operator terhadap konsentrat yang dihasilkan, sehingga dalam penentuannya bisa berbeda antar operator. PT AMNT memiliki sebuah instrumen (visiofroth) yang aktif untuk melihat buih produk flotasi yang terpasang pada row 3 sirkuit rougher scavenger. Pada penelitian ini, percobaan dilakukan untuk mengidentifikasi perilaku dari buih hasil flotasi dengan menggunakan visiofroth serta mengoptimasi profil kecepatan buih proses flotasi di sirkuit rougher milik PT AMNT. Serangkaian percobaan dilakukan pada penelitian ini meliputi pengambilan sampel, perekaman citra buih, perhitungan persen padatan, analisis ayak, dan pembuatan neraca massa. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel dari setiap aliran material meliputi (feed, konsentrat, dan tail) dari setiap sel. Sampel diambil dengan berbagai variasi kecepatan buih yaitu sesuai dengan plant, dipercepat dan diperlambat. Seiringan dengan itu, perekaman citra buih dilakukan di control room untuk melihat struktur buih yang dihasilkan. Setelah sampel diambil, dilakukan uji metalurgi berupa perhitungan persen padatan, analisis ayak dari 38-300?m, dan dilakukan pengujian kadar Cu menggunakan Atomic Absorption Spectrometry (AAS). Setelah semua data didapatkan, dilakukan perhitungan dan pembuatan neraca massa. Analisis terhadap data yang diperoleh dari percobaan menunjukan bahwa kecepatan buih memiliki hubungan berbanding lurus terhadap perolehan dan berbanding terbalik terhadap grade konsentrat, kedalaman buih ukuran gelembung, dan persen padatan konsentrat yang dihasilkan. Struktur buih pada sel awal cenderung viscous dan semakin watery seiring bertambahnya nomor sel. Selain itu kecepatan buih juga berbanding terbalik dengan grind size recovery pada ukuran 38-212?m, dan pada ukuran diatas 212 ?m nilai perolehan tidak terlalu signifikan. Profil kecepatan buih optimal pada percobaan yang dilakukan yaitu: (set point pada sel 1 dan 2 pada kedalaman buih 43 cm) Sel 1: 3,11-5,01 cm/s, sel 2: 0,86-1,2 cm/s, sedangkan (set point pada sel 3 dan sel 4 pada kedalaman buih 38 cm), sel 3: 0,63-0,79 cm/s dan sel 4: 2,00-2,20 cm/s